LAPORAN
MAGANG
PONDOK
PESANTREN ASSYAROFAH
KP.
BANTAR KARET II DESA SITU ILIR
KECAMATAN
CIBUNGBULANG
KABUPATEN
BOGOR
Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan
Pendidikan Kader Ulama (PKU) Angkatan VII
Disusun
Oleh :
Badrussalam
Muchtar, S. Pd.I
Utusan
: Mathla’ul Anwar
LEMBAGA PENGKAJIAN KEAGAMAAN DAN PEMBERDAYAAN UMMAT
(LPKPU)
PENDIDIKAN KADER ULAMA (PKU) ANGKATAN VII
MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN BOGOR
Gedung MUI Kabupaten Bogor jalan Bersih No 1 Komplek
Pemda Kabupaten Bogor telp/Fax : (021) 87913918 www.mui-bogor.org
DAFTAR ISI
Daftar Isi
|
..................................
|
i
|
|
A.
PENDAHULUAN
|
..................................
|
1
|
|
B.
SEJARAH PONDOK PESANTREN
ASSYAROFAH
|
..................................
|
2
|
|
C.
STRUKTUR PENGURUS
|
..................................
|
4
|
|
D.
ANALISIS PENILITIAN SWOT
|
..................................
|
9
|
|
1.
Strenght (Kekuatan/Potensi)
|
..................................
|
4
|
|
2.
Weaknesses (Kelemahan/Kekurangan)
|
..................................
|
5
|
|
3.
Opportunities
(Peluang/Kesempatan)
|
..................................
|
5
|
|
4.
Threats (Ancaman)
|
..................................
|
5
|
|
E.
PENUTUP
|
..................................
|
6
|
|
F.
SARAN
|
..................................
|
7
|
|
G.
DOKUMENTASI/FOTO-FOTO
|
..................................
|
7
|
PONDOK PESANTREN ASSYAROFAH
DESA SITU ILIR II KEC. CIBUNGBULANG KAB. BOGOR
A.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya
semua lembaga pendidikan ingin memberikan dan menghasilkan output yang positif
kepada masyarakat luas, sehingga lahirlah para generasi yang berdaya guna,
tepat guna, menjadikan panutan bagi ummat, serta mampu bersaing di zaman
globalisasi ini baik nasional maupun internasional.
Pondok
Pesantren adalah sebagian contoh dari lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dengan
menggunakan metode atau kurikulum sendiri (habitat curiculum) yang turun
temurun selalu dan berpegang kepada para ulama terdahulu dalam segi penyampaian
materi. Pondok Pesantren salafiyah yang masih kental keberadaannya dengan gaya
mandiri dan prihatin dalam kehidupan para santri di Pondok menjadikan suatu
ciri khas yang tidak tergantikan, dan tidak dapat dilupakan oleh para santri
sampai mereka menjadi orang yang berguna bagi masyarakat luas (bilanglah telah
menjadi kiyai, pendakwah, mubaligh dan lainnya).
Beda hal dengan
Pondok Pesantren yang semi modern sampai kepada modern sekarang ini, karena
dari segi pembelajaran atau kurikulum sudah berbeda, dan dari kemandirian,
keprihatinan di nilai jauh dari pondok pesantren salafiyah. Maka jelaslah pada
output yang dihasilkannya berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Oleh
karena itu, maka dari proseslah yang menjadikan semuanya berbeda, dan proses
jugalah yang menentukan tujuan akhir yang diharapkan, sehingga akan terasa
setelah proses itu berakhir dari suatu tujuan.
Pada dewasa
ini, Pondok Pesantren Salafiyah (bale rombeng) sudah sedikit sekali peminatnya
atau yang menjadi santrinya, dikarenakan banyak faktor dalam hal ini, baik dari
faktor anak itu sendiri, orang tua, lingkungan masyarakat, sampai kepada perkembangan
zaman yang semakin pesat, menjadikan suatu ganjalan atau alasan kenapa pondok
pesantren salafiyah sedikit sekali peminatnya.
Maka dari semua
itu, penulis akan mengangkat suatu pondok pesantren salafiyah yang menjadikan
tolak ukur bagi pondok pesantren yang lain, sehingga pondok pesantren salafiyah
pada dewasa ini diminati lagi oleh masyarakat luas, tidak hanya sekolah saja
yang dapat ijazah, akan tetapi sadar juga akan pentingnya proses pembelajaran
di pondok pesantren salafiyah ini, dalam menguji mentalitas kemandirian dan
keprihatinan, serta penguasaan keilmuan di bidang agama untuk menyongsong tantangan
zaman yang semakin berat dan semakin kompleks.
B.
SEJARAH PONDOK PESANTREN ASSYAROFAH
Sejarah Pondok
Pesantren Salafiyah Assyarofah berdiri pada tahun 2008, dirintis oleh Kiyai
Afif Puddin kelahiran Bogor, tahun 1972,
beliau belajar ilmu agama mulai dari ayahandanya selama 6 tahun lamanya,
melanjutkan ke pon-pes Al-Jazirh Pimpinan KH. Ruslan di Sifak Jasinga selama 2
tahun, melanjutkan ke Al-Hidayah Pimpinan KH. Zaenal Abidin di Sukabumi selama
2 tahun, melanjutkan lagi ke Bintan
Pimpinan KH. Mudrikah di Sukabumi selama 2 tahun, serta pernah riyadoh
di Cianjur Pimpinan KH. Opan. Selain belajar di non formal (pondok pesantren),
beliau juga pernah mengenyam pendidikan formal dari MI, MTs dan MA. Beliau adalah
putra kelima dari KH. Memed Masduki (Mama Memed) pendiri Pondok Pesantren
Salafiyah Al-Hidayah, yang beralamat di Sindang Barang Selahuni Kecamatan
Ciomas Kabupaten Bogor.
Kiyai Afif
Puddin sebelum mendirikan pondok pesantren beliau adalah salah satu guru di
pondok pesantren Al-Hidayah peninggalah ayahandanya. Setelah lama menjadi guru
di pondok pesantren Al-Hidayah, maka beliau pindah rumah bersama istrinya ke
Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang untuk menyebarkan ajaran agama Islam,
meneruskan perjuangan rasulullah SAW.
Setelah kurang
lebih setengah tahun berumah tangga maka beliau ingin mendirikan sebuah lembaga
pendidikan Islam Pondok Pesantren, maka tercaapailah keinginannya itu untuk
mendirikan suatu pondok pesantren walaupun tanah yang akan dibangun pondok
pesantren itu pada awalnya adalah pinjaman ketua RT di desa itu, maka
berdirilah pondok pesantren panggung terbuat dari bilik, mushala berikut majlis
dan kamar mandi yang masih banyak
kekurangannya, karena biaya pembangunan itu adalah hanya dari donatur tidak ada
bantuan dari pemerintah baik setempat ataupun pusat, tetapi beliau menuturkan “yang
penting ada buat tidur santri, dan terlindungi dari hujan panas dan tentunya
bisa mengaji dengan khusu”, walaupun rumah beliau tidak disitu, karena
antara rumah dan pondok pesantren berjarak kurang lebih 200 meter, beliau
bulak-balik untuk mengajar ngaji dari mulai pagi, siang, sore dan malam hari,
beliau tidak surut semangat justru menambah semangat dari ruhul jihad yang
membara. Pada waktu itu santri dari masyarakat sekitar “santri kalong”
putra dan putri yang berjumlah kurang lebih 10-15 santri.
Kemudian setelah
berdirinya bangunan pondokan untuk santri, maka terbesitlah suatu nama untuk
pondok pesantren beliau “Assyarofah”, kata assyarofah memiliki filosofi
tersendiri, karena beliau tabarrukan kepada ibundanya yang bernama Ustjh. Hj.
Syarofah, maka dinamainya pondok pesantren Assyarofah.
Setahun
kemudian rumah beliau dijual, dan akhirnya tanah pondok pesantren bisa dibeli
dan menjadi hak milik pribadi, serta beliau membangun rumah didekat pondoknya
walaupun rumahnya sederhana. Waktu berlalu dari hari, minggu, bulan hingga
tahun maka pondok pesantren mulai mengembangkan pembangunannya dengan yang permanen
khusus untuk santri putri, dan majlis, itupun dana dari donatur sampai kantong
pribadinya. Dengan pengorbanan beliau dengan hati yang ikhlas dan ruhul
jihadnya maka berdirilah 3 lokal gedung
untuk ditempati santr putri, mushala.
Berjalan waktu
dari 2008 – 2013, santri mulai bertambah dan mulai ada berdatangan dari jauh
seperti dari cikaret, ciawi, cisarua dan sekitarnya, semua santri berjumlah
kurang lebih 46, terdiri dari 30 santri putra, dan 16 santri putri. Luas semua
bangunan yang ada di pondok pesantren kurang lebih 2000 meter. Dan sekarang
beliau sedang melaksanakan pembangunan mushala permanen dari seorang donatur,
serta beliau berharap agar pemerintah pusat dapat lebih memperhatikan pondok
pesantren salafiyah baik dari segi sarana prasarana, infrastruktur dan bantuan
dana untuk kegiatan pondok pesantren (Bantuan Operasional Pondok/BOP).
C. STRUKTUR PENGURUS /
KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN ASSYAROFAH
1.
Pelindung :
Kepala Desa Situ Ilir
2.
Penasehat : KH. Tb. Ali
Abdul Barry Assyauqi
3.
PimpinanPon-Pes : K. Afif Puddin
4.
Sekretaris : Ustjh.
Elly
5.
Bendahara : Ust. Abdul
Basit
D. ANALISIS SWOT PONDOK
PESANTREN ASSYAROFAH
1. Strenghts (Kekuatan/potensi)
Pondok Pesantren Assyarofah memiliiki kekuatan/potensi diantaranya :
a.
Eksistensi Pondok Pesantren Salafiyah adalah warisan
leluhur para ulama terdahulu dengan metode yang berbeda, baik dari kurikulum
dan segi pengajaran, lebih mengedepankan kesadaran, kemandirian dan
keprihatinan.
b.
Pondok Pesantren Assyarofah memiliki pembelajaran untuk
jiwa atau disebut dengan riyadoh (latihan diri, jiwa raga) dengan berpuasa di
bulan maulid selama 40 hari dengan tujuan agar santri dapat melatih kesabaran,
kemandirian, kedisiplinan, lebih mengerti tentang makna kehidupan, dan
sebagainya, terutama lebih dapat taqarrub dengan Allah SWT karena selain puasa
ada juga aurad (wiridan).
c.
Adanya majlis dzikir untuk para santri khususnya, umumnya
bagi masyarakat sekitar.
d.
Mempunyai kesenian Islami seperti marawis, hadroh, qosidah dan isim tuduror
untuk acara-acara dimasyarakat, dan untuk diikuti dalam event-event perlombaan.
e.
Penggemblengan skill atau mental seperti muhadorohan, mudzakarah, berternak
kambing, dengan tujuan untuk lebih menggali kepribadian santri dalam kehidupan
di masyarakat nantinya.
f.
Kegiatan atau event seperti sunatan masal, pasar murah adalah salah satu
bentuk sosial kemasyarakatan yang di selenggarakan oleh Pondok Pesantren
Assyarofah
2. Weaknesses (kelemahan/kekurangan)
a. Pondok Pesantren Assyarofah belum memiliki sarana dan
prasarana serta infrastruktur yang maksimal untuk kegiatan belajar mengajar
atau pengajian serta kegiatan lainnya seperti belum adanya pembelajaran skill
di bidang teknolgi dan informasi, bahasa dan lainnya.
b. Perhatian dari pemerintah baik setempat ataupun pusat
belum maksimal, dan bisa dibilang belum ada sampai sekarang.
c. Rata-rata santri yang ada adalah bagian dari keluarga
tidak mampu, yang perlu diperhatikan keberadaannya.
3. Opportunities (Peluang/Kesempatan)
a. Lahan atau tanah masih luas untuk pelebaran
asrama/pondokan santri dan untuk mendirikan madrasah/sekolah dari tingkat dasar
sampai ke tingkat menengah atas, karena posisi Pondok Pesantren serta
masyarakat jauh jaraknya ke lembaga pendidikan formal (sekolah).
b. Potensi anak didik masih banyak untuk lebih
diserap oleh pondok pesantren dilingkungan Desa Situ Ilir khususnya di Kp.
Bantar Karet Kulon.
c. Lebih mengoptimalkan kegiatan dan menunjukan
kepada masyarakat luas bahwa pondok pesantren salafiyah mampu bersaing dengan
modern, karena melihat dewasa ini banyak sekali pondok pesantren salafiyah yang
sedikit santri sampai hanya tinggal bangunan saja.
4.
Threats ( Ancaman)
a.
Kesadaran masyarakat untuk Ilmu Agama mulai pudar,
masyarakat lebih mementingkan keilmuan dunia (yang berijazah) untuk dapat
bekerja dan lain sebagainya.
b.
Mulai hilang rasa ruhul tholab pada hati remaja dewasa
ini, mereka lebih mengedepankan hawa nafsu, ego, gengsi, dan lainnya dalam
pergaulan sehari-hari.
c.
Perkembangan zaman merubah paradigma orang tua,anak-anak,
sampai kepada kalangan agamis yang seakan-akan mereka tidak akan mati, dan
mereka lupa, tidak sadar untuk kembali ke jalan syariat Agama Islam, karena
hubbuddunya nya yang menguasai jiwa ruhnya.
d.
Adanya sebagian masyarakat, kelompok atau organisasi yang
tidak paham menganggap pondok pesantren salafiyah adalah sarang teroris
E. PENUTUP/
KESIMPULAN
Melatar belakangi dari analisis SWOT diatas maka dapat diambil suatu
kesimpulan pemecahan masalah problem solving diantaranya :
a. Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada,
untuk menunjang kegiatan pembelajaran atau pengajian dalam menggapai tujuan
akhir dari mutu santri yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.
b. Melalui aparatur desa dalam hal ini Kepala
Desa untuk bisa menjembatani ke pemerintah pusat untuk perhatian secara moril
atau materil semaksimal mungkin demi terwujudnya cita-cita pondok pesantren
yang selama ini menjadi angan-angan belaka.
c. Mengadakan event atau kegiatan seperti yang
sudah berjalan seperti milad pondok pesantren, pasar murah, sunatan masal untuk
mengkemas agar masyarakat terbuka hatinya, sadar akan pentingnya Ilmu Agama
yang mendasari dari segala ilmu yang ada di muka bumi ini.
d. Kegiatan yang sudah berjalan agar sebisa
mungkin ditingkatkan dan ditularkan untuk kegiatan lainnya yang masih maju
ditempat.
e. Mengoptimalkan kordinasi dan informasi antara
masing-masing pengurus dengan para aparatur pemerintah, lembaga pendidikan yang
lain, untuk kerjasama baik dibidang pendidikan yang formal, maupun dibidang
lainnya.
F. SARAN
Saran untuk secara edukatif dan manajemen
pengembangan diharapkan Pondok Pesantren agar dapat menggandeng atau mengikat
suatu kerja sama baik dengan lembaga terkait, dalam mewujudkan cita-cita yang
selama ini belum terlaksana, sehingga permasalahan yang sifatnya urgen dapat
terselesaikan dengan efektif dan efisien.
Selanjutnya kepada pemerintah baik setempat
maupun pusat agar lebih mendahulukan kepentingan untuk ummat, khususnya
kepada lembaga yang berkecimpung secara
terus-menerus, turun-temurun dari para ulama terdahulu dengan metode
tradisional agar dapat selamanya dipertahankan eksistensinya di zaman
globalisasi ini, dalam mencetak kader penerus bangsa yang berilmu, berakhlak,
berwawasan, dan seorang pemimpin sejati yang sesuai dengan ajaran syariat Islam
demi terwujudnya baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.
1.
G. DOKUMENTASI /FOTO-FOTO
Proses
Wawancara dengan Pimpinan Pon-Pes
|
Pondokan
Putra tampak samping kanan
|
Kamar
Mandi Putra
|