BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali bentuk dan cara penulisan karya ilmiah yang kita temui.
Bentuk luasnya bisa berbeda, namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Atas
dasar itu yang paling penting adalah bukan mengetahui teknik-teknik
pelaksanaannya, melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya. Pemilihan
bentuk dan penulisan merupakan masalah selera dan preferensi perorangan maupun
lembaga dengan memperhatikan berbagai factor lainnya, seperti masalah apa yang
sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan ini dan dalam rangka kegiatan ilmiah
apa akan disampaikan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka untuk menyeragamkan tata cara penulisan
tersebut, maka perlu diterbitkan pedoman penyusunan usulan penelitian maupun
Skripsi. Hal ini dilakukan supaya pembaca mempunyai persamaan persepsi terhadap
istilah atau terminologi yang berkaitan dengan penulisan skripsi.
Berbagai macam definisi penelitian-penelitian dinyatakan oleh banyak
penulis. Secara umum penelitian dapat didefinisikan sebagai kegiatan manusia
dalam rangka memperoleh pengetahuan secara sistematik dengan menggunakan
alat-alat dan cara-cara tertentu. Secara luas suatu penelitian dapat berarti
menemukan teori baru dengan menggugurkan teori lama, menambahkan sesuatu yang
baru pada teori lama, atau benar-benar menemukan sesuatu yang baru yang belum
ada sebelumnya.
Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif maupun
kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik, maupun
matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan
pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada penalaran logis (logical
reasoning), pemahaman interpretasi terhadap obyek penelitian[1]. Bahkan
pada saat ini sesuai dengan perkembangannya pendekatan kuantitatif ini tidak
ada artinya sama sekali bila tanpa menggunakan pendekatan analisis kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN I
PENGERTIAN DAN
PERBEDAAN
PENELITIAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
A. Pengertian Metode Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif
Metode
kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang
tradisional dan metode baru; metode positivistic dan metode postpositivistic,
metode scientific dan artistic, metode konfirmasi dan temuan. Jadi metode
kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistic, scientivic dan
metode discovery. Selanjutnya metoda hase kualitatif sering dinamakan sebagai
metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive research.[2]
Metode
kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, Karena dengan metode ini
dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.[3]
Metode
penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum
lama, metode ini dinamakan postpositivistik Karena berlandaskan pada filsafat
post positifisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, Karena
proses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola),dan disebut metode
interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat
di artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/statistic,dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang teleh di tetapkan.[4]
Metode
penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik karena
penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah(natural setting);di sebut
juga metode etnographi,karena pada awalnya metode ini lebih banyak di gunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut metode kualitatif,karena
data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
B. Perbedaan Penelitian Kualitatif
Dan Kuantitatif
Perbedaan
mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif
yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif
dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan
penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode
penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang
telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan
yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan
kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu
yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.
Hamidi menjelaskan
setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif dengan kualitatif
seperti berikut ini :[5]
1. Dari segi
perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatanetik, dalam arti bahwa peneliti
mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai
variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang
dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan
indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut
dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya. Sebaliknya penelitian
kualitaif lebih menggunakan persepektif emik.
Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan
dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan.
2. Dari segi
konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak
dari konsep (variabel) yang
terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya,
melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain
penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden
dalam bentuk cerita rinci atau
asli mereka, kemudian para
responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep
sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep,
teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan
,menciptakan, menemukan konsep atau teori.
3. Dari segi
hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal
dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif bisa
menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa
ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan
data yang lebih mendalam lagi.
4. Dari segi
teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan
kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan
observasi.
5. Dari segi
permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau
ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar
variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian
kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang
ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.
6. Dari segi
teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan
kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif
(perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau
tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data. Penelitian
kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami
kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau
informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber
yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada
informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi”
melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama
atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian
kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses
pencapaian kualitas informasi.
7. Dari segi
alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses secara
deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan
menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif,
yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup
responden, life story, life
sycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan
interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau
teori sebagai temuan.
8. Dari bentuk
sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian
kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan
pandangan responden.
9. Dari segi
definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan
penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur
variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel
diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti
penelitian telah menggunakan perspektif etik bukanemik lagi. Dengan menetapkan definisi
operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang
berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman
atau pandangan mereka.
10. (Dari segi)
analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan
menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif analisis
datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan
cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan
seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi.
11. Dari segi
instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu
sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para
responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar responden
sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi
lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner.
12. Dari segi
kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui
pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang yang
lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah
diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat,
mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah
atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian
kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan
atau analisis statistik.
BAB III
PEMBAHASAN II
KERANGKA PENELITIAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
A. Kerangka Penelitian Kualitatif
Kerangka penelitian merupakan kerangka dasar yang melandasi dilakukannya
suatu penelitian, terutama sebagai landasan pemilihan masalah dan metode
penelitian yang akan digunakan dalam rangka penulisan skripsi/Tesis[6].
Kerangka penelitian terdiri dari 4 (empat) bab seperti akan diuraikan berikut
ini. Hal-hal yang akan dipaparkan di bawah ini mengacu pada format penelitian
kualitatif. Aspek-aspek atau sub bab yang diuraikan dalam format ini merupakan
bagian yang wajib ada. Format kualitatif ini tidak menutup kemungkinan
adanya penambahan sub bab-sub bab yang diperlukan, seperti penjelasan
judul, pembatasan masalah dan lain-lain.
1.
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Bagian ini berisi
penjelasan mengenai mengapa masalah yang dikemukakan dalam usulan penelitian
ini dipandang menarik, penting dan perlu diteliti. Juga berisi letak masalah
yang akan diteliti dalam konteks permasalahan yang lebih besar/luas, serta
peranan hasil temuan dalam pemecahan masalah yang lebih besar tersebut.
Dalam latar
belakang masalah secara tersurat harus jelas substansi permasalahan (akas
permasalahan) yang dikaji dalam penelitian atau hal yang menimbulkan pertanyaan
atau pernyataan penelitian. Dengan kata lain, unsur yang perlu diketengahkan
dalam latar belakang masalah penelitian sekurang-kurangnya memuat hal-hal
berikut:
1)
penjelasan dan/atau alasan mengapa masalah dan/atau
pertanyaan penelitian yang diteliti itu penting dan menarik. Alas an tersebut
dapat berupa preposisi atau hasil pengamatan awal.
2)
Beberapa bukti bahwa
masalah yang diajukan belum ada jawaban atau pemecahan yang memuaskan. Harus
dijelaskan pula bahwa masalah yang diteliti belum pernah diteliti orang lain,
apabila sudah pernah diteliti, harus djelaskan mengapa harus diteliti ulang dan
dijelaskan apa perbedaan otentik penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian yang sudah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah.
Rumusan masalah
adalah rumusan yang spesifik berupa pertanyaan atau pernyataan penelitian dan bilamana
perlu sebelumnya dibuat identifikasi masalah yang akan diteliti.
Rumusan masalah umumnya disajikan terpisah dari latar belakang masalah. Dalam
penelitian sastra dapat pula digunakan istilah fokus penelitian.
1.3 Tujuan
Penelitian.
rumusan tentang tujuan umum dan atau tujuan
khusus yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian
mengacu pada isi dan rumusan masalah.
1.4 Manfaat
Penelitian.
Berisi manfaat
hasil penelitian, baik dalam pengembangan teori maupun aplikasi. Rumusan
manfaat penelitian mampu memberikan gambaran bahwa hasil penelitian yang akan
dicapai itu memiliki kontribusi terhadap perkembangan keilmuan atau kesenian
sesuai dengan lingkup yang dikaji dan/atau memberikan jalan keluar permasalahan
dalam kehidupan.
1.5 Asumsi (tidak
wajib ada)
Asumsi penelitian
merupakan pernyataan singkat tentang hubungan antar dua variabel atau lebih,
dirumuskan secara operasional dan bisa diuji secara empiris.
1.6 Landasan Teori
Isi landasan teori
hendaknya berkaitan dengan permasalahan yang diteliti serta mampu memberikan
gambaran tentang landasan teoritis dan metodologis terutama sebagai basis
analisis data penelitian. Bahan yang dikaji antara lain bersumber dari buku,
makalah ilmiah dan jurnal, makalah seminar, kebijakan, undang-undang, hasil
penelitian, serta informasi dari media massa dan internet.
Landasan teori
berisi hal-hal berikut:
i.
Tinjauan tentang hasil-hasil penelitian terdahulu atau
hal-hal lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
ii.
Landasan teoritik yang merupakan pedoman dalam pemecahan
masalah dan rumusan masalah penelitian dalam landasan teoritik, peneliti tidak
hanya merangkai teori, tetapi juga mendiskusikan teori dan mengambil keputusan
teori yang mana yang dipakai dalam penelitian.
1.7 Metode Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan
tentang rencana kegiatan penelitian di lapangan. Hal-hal yang diuraikan dalam
metode penelitian adalah sebagai berikut:
1.7.1 Jenis
Penelitian
Bagian ini
mengemukakan tipe penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan yaitu untuk menemukan pengetahuan tentang suatu fenomena
(Taxonomical) ataukah bertujuan untuk menemukan teori-teori suatu ilmu
(Theoritical). Apabila ditinjau aspek pendekatan penelitian dapat dijabarkan
jenis penelitian kualitatif atau kuantitatif. Jenis penelitian
juga dijabarkan berdasarkan pendekatan analisis yang ditetapkan, misalnya
pendekatan sosiologi sastra, stilistika, kajian semantik, kajian isi,
dan lain-lain.
1.7.1 Data atau
sumber data
Berisi uraian
secara rinci mengenai objek yang dikaji dalam penelitian (untuk penelitian
kuantitatif digunakan istilah populasi dan sampel). Sumber data dapat berupa
teks sastra lisan, novel atau teks lama pada bidang sastra, atau teks karangan
siswa, teks wacana, dan lain-lain pada bidang bahasa.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini
mengemukakan metode dan instrumen apa yang digunakan peneliti untuk pengumpulan
data guna memperoleh fakta-fakta yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penelitian. Untuk itu harus ada penyesuaian antara masalah yang hendak
dipecahkan dengan metode pengumpulan data yang akan dikumpulkan.
Teknik pengumpulan
data tidak hanya menjelaskan definisi teknik, tetapi menjelaskan mengapa teknik
tersebut diperlukan dan menjelaskan fungsi teknik dalam mendukung terkumpulnya
data yang diperlukan dalam penelitian.
1.7.3 Teknik Analisis Data
Bagian ini
mengemukakan metode analsis data yang akan digunakan peneliti untuk memecahkan
masalah penelitian yang sudah ditetapkan. Analisis data disesuaikan teori yang
digunakan, tujuan penelitian, dan jenis data. (Batas Proposal penelitian)
2.
BAB II : GAMBARAN
UMUM PENELITIAN/PENGARANG DANKARYANYA
Gambaran umum
penelitian berisi tentang deskripsi seputar objek peelitian, seperti lokasi
penelitian, karakteristik objek penelitian, dan lain-lain. apabila menyangkut
karya, maka dalam bab ini dijelaskan tentang identitas pengarang secara jelas
dan perjalanan hidupnya serta karya-karyanya.
3.
BAB III: ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Analisis objek atau
sumber data yang diteliti sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang dipakai
dalam landasan teori.
4.
BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang
merupakan bab terakhir dari teks, harus mengemukakan secara singkat apa yang
diperoleh dari penelitian. Sinpulan harus sesuai dengan rumusan masalah yang
diajukan. Secara sederhana, simpulan merupakan jawaban singkat dari pertanyaan
rumusan masalah. Penulis harus dapat membedakan antara dugaan, penemuan, dan
kesimpulan. Disini iapun dapat menyarankan sesuatu untuk diteliti lebih lanjut.
Sedangkan saran
memuat masukan dari peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan objek atau
subjek yang diteliti. Selain itu, saran dapat juga berisi himbauan bagi
peneliti lain yang serupa tentang hal-hal yang perlu dikembangkan dalam
analisisnya.[7]
B. Kerangka Penelitian
Kuantitatif
Hal-hal yang disajikan dalam laporan penelitian kuantitatif pada umumnya
bersifat kompleks; mulai dari isi kajian terhadap berbagai teori yang bersifat
substantif dan mendasar kepada hal-hal yang bersifat operasional teknis[8]. Karena
kompleksitas materi yang disajikan, maka laporan penelitian kuantitatf perlu
diatur sedemikian rupa sehingga pembaca laporan dapat dengan mudah menemukan
setiap bagian yang dicarinya dan dapat memahaminya secara tepat.
Laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi terutama
ditujukan untuk dikonsumsi oleh masyarakat akademik. Laporan untuk masyarakat
akademik cenderung bersifat teknis, berisi lengkap tentang apa yang diteliti,
mengapa hal itu diteliti, cara melakukan penelitian, hasil-hasil yang
diperoleh, dan kesimpulan penelitian. Isinya disajikan secara lugas dan
obyektif. Format laporan cenderung baku, mengikuti ketentuan dari perguruan
tinggi atau kelompok masyarakat akademik.
1.
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan adalah
bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab
pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.
Oleh karena itu, bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat (1) latar belakang
masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,
(5) asumsi dan keterbatasan penelitian, dan (6) batasan istilah
1.1 Latar Belakang
Masalah
penjelasan mengenai mengapa masalah yang
dikemukakan dalam usulan penelitian ini dipandang menarik, penting dan perlu
diteliti. Juga berisi letak masalah yang akan diteliti dalam konteks
permasalahan yang lebih besar/luas, serta peranan hasil temuan dalam pemecahan
masalah yang lebih besar tersebut.
Dalam latar
belakang masalah secara tersurat harus jelas substansi permasalahan (akar
permasalahan) yang dikaji dalam penelitian atau hal yang menimbulkan pertanyaan
atau peryataan penelitian. Dengan kata lain, unsur yang perlu diketengahkan
dalam latar belakang masalah penelitian sekurang-kurangnya memuat hal-hal
berikut:
1) penjelasan
dan/atau alasan mengapa masalah dan/atau pertanyaan penelitian yang diteliti
itu penting dan menarik. Alasan tersebut dapat berupa preposisi atau hasil
pengamatan awal.
2) Beberapa bukti
bahwa masalah yang diajukan belum ada jawaban atau pemecahan yang memuaskan.
Harus dijelaskan pula bahwa masalah yang diteliti belum pernah diteliti orang
lain, apabila sudah pernah diteliti, harus djelaskan mengapa harus diteliti
ulang dan dijelaskan apa perbedaan otentik penelitian yang akan dilakukan
dengan penelitian yang sudah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah.
Perumusan masalah
merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang
ingin dicarikan jawabannya. Dapat juga dikatakan bahwa perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah
yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Rumusan masalah
hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk
kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel
yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan
subjek penelitian. Selain itu rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan itu. Contoh: “Adakah hubungan antara tingkat kecedasan siswa
SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?”.
1.3 Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian
mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian
terhadap masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Isi dan rumusan
tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan masalah penelitian. Hanya saja
ada perbedaan dalam cara merumuskannya. Jika masalah penelitian dirumuskan
dengan mengunkan kalimat tanya, maka rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam
bentuk kalimat pernyataan. Contoh: “Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestai
belajar mereka dalam matapelajaran Matematika”.
1.4 Manfaat Penelitian.
Berisi manfaat
hasil penelitian, baik dalam pengembangan teori maupun aplikasi. Rumusan
manfaat penelitian mampu memberikan gambaran bahwa hasil penelitian yang akan
dicapai itu memiliki kontribusi terhadap perkembangan keilmuan atau kesenian
sesuai dengan lingkup yang dikaji dan/atau memberikan jalan keluar permalahan
dalam kehidupan.
1.5 Asumsi dan Keterbatasan
Penelitian
Asumsi dan
keterbatasan penelitian tidak harus selalu ada di dalam skripsi.
Namun demikian seringkali pembahasan tentang asumsi dan keterbatasan penelitian
diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi
yang ada.
Asumsi penelitian
adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya peneliti
mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala
sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang
diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap
yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi
substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi
metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.
Keterbatasan
penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam
penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama,
keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan
prosedural dan teknik penelitian ataupun karena faktor logistik. Kedua,
keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi,
etika, dan kepercayaan yang tidak memungkinkan peneliti untuk mencari data yang
diinginkan.
1.6 Definisi Istilah atau
Definisi Operasional
Definisi istilah
diperlukan apabila dipikirkan akan timbul perbedaan pemikiran atau
kekurang-jelasan makna, seandainya batasan itu tidak diberikan. Istilah yang
perlu diberi batasan ialah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep
pokok yang terdapat di dalam skripsi. kriteria bahwa suatu istilah mengandung
konsep pokok ialah jika istilah itu terkait erat dengan masalah yang diteliti
atau variabel penelitian.
Definisi istilah
disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya; tetapi
lebih menitikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi
operasional diberikan kepada variabel yang akan diteliti. Definisi operasional
adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang
dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk
alat pengambil data yang cocok digunakan. Contoh definisi operasional dari
variabel “prestasi aritmatika” ialah kompetensi dalam bidang aritmatika yang
meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dengan menggunakan desimal.
Penyusunan definisi
operasional perlu dilakukan, karena dengan teramatinya konsep atau konstruk
yang diselidiki, maka akan memudahkan proses pengukurannya. Di samping itu,
membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa, sehingga
apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.
2.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Setelah masalah
berhasil dirumuskan dengan baik, maka langkah berikutnya dalam metode ilmiah
adalah mengajukan hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan. Namun segera harus dicatat bahwa tidak setiap
penelitian kuantitatif memuat hipotesis.
Dalam kegiatan
ilmiah, jawaban sementara terhadap suatu masalah harus menggunakan pengetahuan
ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan
hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian tidak sepenuhnya benar kalau ada
orang yang mengangap bahwa penelitian ilmiah boleh diajukan hipotesis tanpa
didukung oleh teori dan/ atau kerangka berpikir yang jelas dan mantap.
Dari uraian diatas
dapat dikemukakan bahwa kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi
teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti, dan argumentasi atau hipotesis
yang diajukan. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji biasanya didasarkan
kepada dua kriteria yakni (1) prinsip kemutakhiran (recency) kecuali
untuk penelitian historis, dan (2) prinsip relevansi (relevance).
Prinsip kemutakhiran ini penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah
teori yang efektif pada suatu periode, mungkin sudah ditinggalkan pada periode
yang lain. Dengan prinsip kemutakhiran ini, peneliti dapat berargumentasi
berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif.
Kemudian prinsip relevansi diperlukan karena sangat kecil manfaatnya
menguraikan teori atau hasil penelitian yang paling mutakhir dalam suatu cabang
ilmu yang tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah yang diteliti.
Isi landasan teori
hendaknya berkaitan dengan permasalahan yang diteliti serta mampu memberikan
gambaran tentang landasan teoritis dan metodologis terutama sebagai basis
analisis data penelitian. Bahan yang dikaji antara lain bersumber dari buku,
makalah ilmiah dan jurnal, makalah seminar, kebijakan, undang-undang, hasil
penelitian, serta informasi dari media massa dan internet.
Dalam landasan
teori berisi hal-hal berikut:
i.
Tinjauan tentang hasil-hasil penelitian terdahulu atau
hal-hal lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
ii.
Landasan teoritik yang merupakan pedoman dalam pemecahan
masalah dan rumusan masalah penelitian dalam landasan teoritik, peneliti tidak
hanya merangkai teori, tetapi juga mendiskusikan teori dan mengambil keputusan
teori yang mana yang dipakai dalam penelitian.
Setelah semua teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti dikupas secara keseluruhan, maka langkah
berikutnya adalah penulisan hipotesis. Namun tidak semua penelitian kuantitatif
memerlukan adanya hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang bersifat
eksploratif dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu,
sub-bab hipotesis penelitian tidak harus selalu ada dalam skripsi hasil
penelitian kuantitatif.
Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis
hipotesis penelitian dicantumkan di bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan
antara masalah yang diteliti dan kemungkinannya jawabannya menjadi lebih jelas.
Rumusan hipotesis
hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya dalam rumusan hipotesis
tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antar variabel, melainkan
telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: “Ada
hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar
mereka dalam matapelajaran Matematika”. Jika dirumuskan dalam bentuk
perbedaan menjadi: “Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan
dengan yang tingkat kecedasannya sedang”.
Rumusan hipotesis
yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
(b) dituangkan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat pernyataan, (c)
dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara
empiris.
3.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pokok-pokok bahasan
yang terdapat dalam bab Metode Penelitian paling tidak mencakup (1) jenis
Penelitian, (2) Populasi dan Sampel, (3) Rancangan Penelitian, (4) Instrumen
Penelitian, (5) Pengumpulan Data, dan (6) Teknik Analisis Data.
3.1 Jenis Penelitian
Bagian ini
mengemukakan tipe penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan yaitu untuk menemukan pengetahuan tentang suatu fenomena (Taxonomical)
ataukah bertujuan untuk menemukan teori-teori suatu ilmu (Theoritical).
Apabila ditinjau aspek pendekatan penelitian dapat dijabarkan jenis penelitian kualitatif
atau kuantitatif. Jenis penelitian juga dijabarkan berdasarkan
pendekatan analisis yang ditetapkan, misalnya pendekatan sosiologi sastra,
stilistika, kajian semantik, deskriptif, dan lain-lain.
3,2 Populasi dan
Sampel
Istilah populasi
dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan memakai sampel
sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah
seluruh anggota populasi, akan lebih cocok menggunakan istilah subjek
penelitian.
Penjelasan yang
akurat tentang karakteristik populasi penelitian sangat penting dilakukan agar
jumlah sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya
adalah supaya sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti
mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentativan sampel
merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan
maksud mengeneralisasikan hasil-hasil penelitian terhadap sampel kepada
populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan karakteristik
populasinya, maka semakin besarlah kemungkinan kekeliruan dalam
generalisasinya.
Dari uraian di atas
dapat diringkaskan bahwa hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel
adalah: (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek
penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya
sampel.
3.3 Rancangan Penelitian
Pembahasan mengenai
rancangan atau disain (design) penelitian yang dipilih menjadi sangat
penting apabila penelitian yang dilaksanakan termasuk dalam jenis penelitian
eksperimental. Meskipun demikian, dalam penelitian non-eksperimental pun uraian
mengenai rancangan penelitian masih tetap diperlukan.
Rancangan
penelitian dapat diartikan sebagai strategi mengatur latar (setting) penelitian
agar peneliti memperoleh data yang tepat (valid) sesuai dengan karakteristik
variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan
penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan peneliti untuk
mengendalikan (mengontrol) variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh
terhadap variabel-variabel terikat (dependent variabel). Pemilihan
rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada
hipotesis yang akan diuji.
3.4 Instrumen Penelitian
Dalam bidang ilmu
eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena
belum mencakup secara keseluruhan hal-hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh
karena itu, sub-bab instrumen penelitian bisa diganti dengan ‘alat dan bahan’
Pada bagian ini
terlebih dahulu dikemukakan jabaran (variabel-variabel) yang diteliti sampai
terwujud dalam bentuk indikator-indikator. Sesudah itu barulah diuraikan
tentang prosedur pengembangan instrumen yang dibuat cocok (valid) dengan
variabel yang diukur ditinjau dari segi isinya (content validity).
Ketepatan (validitas) merupakan syarat pokok pertama yang harus dipenuhi oleh
sebuah instrumen yang baik. Syarat berikutnya ialah dimilikinya tingkat
keterandalan (reliabilitas) yang memadai.
Apabila instrument
yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban darinya
untuk melaporkan karakteristik (validitas dan reliabilitas) dari insrumen yang
dipakai
Hal lain yang juga
perlu diungkapkan dalam pembahasan instrumen penelitian ialah cara pemberian
skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/ pernyataan. Untuk alat
dan bahan, harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang
digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
3.5 Pengumpulan Data
Isi bahasan dalam
bagian ini menguraikan tentang: (a) langkah-langkah yang ditempuh dan teknik
yang dipakai untuk pengumpulan data, (b) kualifikasi dan jumlah personel yang
terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan
pengumpulan data.
Jika peneliti
menggunakan orang lain sebagai pembantu pelaksana pengumpul data, perlu
dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan
tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang dan
hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan
dalam proses pelaksanaan penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Pada bagian ini
diuraikan tentang jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari
metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu: statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrik dan statistik non-parametrik.
Pemilihan jenis
analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap
berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji.
Oleh karena itu, hal yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data ialah
ketepatan teknik analisisnya bukan kecanggihannya.
Beberapa teknik
analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu
memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis
sejenis dalam statistik non-parametrik. Namun untuk dapat menerapkannya secara
tepat banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tidak demikian halnya dengan
statistik non-parametrik.
Di samping
mengemukakan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga
dijelaskan tentang alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang
dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara
panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak
sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu
dilakukan secara lebih rinci.
4.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Dalam penelitian
yang menguji hipotesis, laporan mengenai hasil-hasil yang diperoleh sebaiknya
dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama berisi uraian (deskripsi)
tentang karakteristik masing-masing variabel. Bagian kedua memuat uraian
tentang hasil pengujian hipotesis. Namun sebelum itu perlu juga dicantumkan
mengenai gambaran umum daerah penelitian untuk mengetahui berbagai hal yang
berhubungan dengan daerah penelitian.
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Gambaran umum
daerah penelitian berisi tentang deskripsi seputar objek penelitian, seperti
lokasi penelitian, karakteristik objek penelitian, struktur organisasi, dan
lain-lain. apabila menyangkut karya, maka dalam bab ini dijelaskan tentang
identitas pengarang secara jelas dan perjalanan hidupnya serta karya-karyanya.
4.2 Deskripsi Data
Dalam deskripsi
data untuk masing-masing variabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah
dengan teknik statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi disertai dengan
grafik yang berupa histogram, nilai rerata (mean), simpangan baku, atau
yang lain. Setiap variabel dilaporkan dalam sub-sub tersendiri dengan merujuk
kepada rumusan masalah atau tujuan penelitian.
Materi yang
disajikan dalam bab IV dari skripsi adalah temuan-temuan yang penting dari
variabel yang diteliti dan hendaknya dituangkan secara singkat namun bermakna.
Rumus-rumus dan perhitungan yang digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan
tersebut diletakkan di dalam lampiran.
Temuan penelitian
yang sudah disajikan dalam bentuk angka-angka statistik, tabel maupun grafik
tidak dengan sendirinya bersifat komunikatif. Penjelasan terhadap hal tersebut
masih diperlukan. Namun bahasan pada tahap ini perlu dibatasi pada hal-hal yang
bersifat faktual, tidak mencakup pendapat pribadi (interpretasi) peneliti.
4.3 Pengujian Hipotesis
Pemaparan tentang
hasil pengujian hipotesis pada dasarnya tidak berbeda dengan penyajian temuan
penelitian untuk masing-masing variabel. Hipotesis penelitian perlu dikemukakan
dalam bab ini sekaligus dengan rumusan hipotesis nol, dan masing-masing diikuti
dengan hasil pengujiannya serta penjelasan atas hasil pengujian itu secara
ringkas dan padat. Sekali lagi penjelasan terhadap hasil pengujian hipotesis
ini terbatas pada interpretasi atas angka statistik yang diperoleh dari
perhitungan maupun ‘print out’ komputer (program SPSS).
5.
BAB V : PENUTUP
Pada bab V atau bab terakhir dari
skripsi dimuat dua hal pokok, yaitu simpulan dan saran.
5.1 Simpulan
Isi dari simpulan
penelitian yang pertama dan utama ialah yang terkait langsung dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Dengan kata lain, simpulan penelitian terikat
secara substantif terhadap temuan-temuan penelitian yang mengacu pada tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Simpulan juga dapat
ditarik dari hasil pembahasan, namun yang benar-benar relevan dan mampu
memperkaya temuan penelitian yang diperoleh.
Simpulan penelitian
merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam bab
IV. Tata urutannya pun hendaknya sama dengan yang ada di dalam bab IV. Dengan
demikian, konsistensi isi dan tata ururtan rumusan masalah, tujuan penelitian,
hasil yang diperoleh dan simpulan penelitian tetap dipelihara.
5.2 Saran
Saran yang diajukan
hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan simpulan
hasil penelitian. Dengan demikian saran tersebut tidak keluar dari batas-batas
lingkup dan implikasi penelitian.
Saran yang baik
nampak dari rumusannya yang bersifat rinci dan operasional. Artinya, jika orang
lain hendak melaksanakan saran itu, ia tidak mengalami kesulitan dalam
menafsirkan atau mengaplikasikannya. Di samping itu, saran yang diajukan
kendaknya telah spesifik.
Saran dapat
ditujukan kepada perguruan tinggi, instansi, dinas, jawatan, lembaga pemerintah
maupun swasta, atau yang lain yang dianggap layak. [9]
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenis Metode
Penelitian kuantitatif banyak menggunakan hitungan, statistik, dan tabel,
dengan kaidah-kaidah tertentu. Biasanya, Penelitian kuantitatif ini menggunakan
teknik pengumpulan data dengan quesioner. Penelitian kuantitatif sering
digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu sosial
seperti biologi, fisika, kimia, matematika, sosiologi, jurnalisme, ekonomi, dan
lain sebagainya.
Metode penelitian ini berbeda dengan metode penelitian
kualitatif karena menggunakan hitungan-hitungan, sedangkan metode penelitian
kualitatif menggunakan kata-kata atau deskripsi.
Sifat-sifat yang terdapat dalam Penelitian kuantitatif
antara lain berisi penghitungan besaran atau jumlah, pengukuran tingkat
kejadian, pembuktian sesuatu, prediksi suatu variabel berdasarkan variabel
lain, tindakan atau eksperimen, dan pembuktian suatu hipotesa. Penelitian yang
digunakan untuk Penelitian Kuantitatif ini merupakan penelitian yang sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang terjadi beserta hubungan-hubungannya.
Penelitian kuantitatif sendiri bertujuan untuk mengembangkan dan menggunakan
teori-teori, model-model matematis, dan hipotesis yang berhubungan dengan
fenomena alam. Bagian sentral dari penelitian ini adalah proses pengukurannya
karena ini dapat memberikan hubungan yang fundamental antara ekspresi matematis
dan pengamatan empiris dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Selanjutnya perlu
diketahui bahwa metode penelitian kuantitatif mempunyai cakupan yang sangat
luas. Secara umum metode penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu
eksperimental dan noneksperimental. Penelitian eksperimental terdiri dari
beberapa bagian, antara lain eksperimen kuasi, subjek tunggal, dan sebagainya.
Sedangkan penelitian non eksperimental
terdiri berupa komparatif, deskriptif, survey, korelasional, dan lain
sebagainya. Anda dapat menentukan penelitian kuantitatif mana yang akan anda gunakan dalam skripsi
anda. Hal ini tergantung pada objek atau data yang anda pakai dalam penelitian.
[1]
Prof. H. M. Yusrie Abadi, MA. APU.Materi Kuliah Penelitian
Kualitatif.
[2]
Hamidi. 2004. Metode
Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian. Malang: UMM
Press. Hal 14-16
[3]
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[4] Sugiyono.
2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D
[5]
Hamidi. 2004. Metode
Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian
[6]
Irwan Abdullah. 2008. Materi Kuliah Metode Penelitian
Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM
[7]
Dr. Sunar Wahid, M.Si, Materi Kuliah Metode
Penelitian Kuantitatif. Format Power Point
[8] Irwan
Abdullah. 2008. Materi Kuliah
Metode Penelitian Administrasi.
[9] Dr. Sunar
Wahid, M.Si, Materi Kuliah Metode
Penelitian Kuantitatif