1. Pengertian filsafat
Istilah filsafat memiliki cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang dasar atau asal mula segala sesuatu serta peristiwa yang terdapat dalam alam ini. Asal atau dasar segala sesuatu ialah air menurut Thales, udara menurut Anaximenes, api menurut Herakleitos, bilangan atau angka menurut pendapat Phytagoras, atom-atom dan ruang kosong menurut pendapat Leukippos dan Demokritos, dan empat unsur utama menurut pendapat Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh tiga orang filsuf besar, yaitu Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Bagi Sokrates yang merupakan asas hidup manusia adalah jiwa. Plato berpendapat adanya dunia ide yang merupakan dasar dari segala realitas yang tampak, sedangkan Aristoteles mengemukakan pentingnya logika bagi perkembangan pemikiran manusia menuju kepada kebenaran.
2. Definisi filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani filosofia, berasal dari kata filosofein yang artinya mencintai kebijakan. Ditinjau dari segi semantic Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Maksudnya setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Segi praktis, filsafat adalah berpikir secara mendalam san sungguh-sungguh, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Ilmuyang mempelajari dengan sungguh- sungguh suatu kebenaran segala sesuatu. Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai keTuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan teantang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu
3. Cabang-Cabang Filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan filsafat.
Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru sebagai ‘ilmu istimewa’ yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Coba perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini:
1. H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
a. metafisika,
b. logika,
c. ajaran tentang ilmu pengetahuan
d. filsafat alam
e. filsafat sejarah
f. etika,
g. estetika, dan
h. antropologi.
2. Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu:
a. masalah teologis
b. masalah metafisika
c. masalah epistomologi
d. masalah etika
e. masalah politik, dan
f. masalah sejarah
3. Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy Made
Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu:
a. Section I Ethics
b. Section II Political Philosophy
c. Section III Metaphysics
d. Section IV Philosophy of Religion
e. Section V Theory of Knowledge
f. Section VI Logics
g. Section VII Contemporary Philosophy,
4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas tiga
lingkungan masalah:
a. lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
b. lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika)
c. lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai berdasarkan religi)
5. Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis
menjadi empat cabang, yaitu:
a) Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.
b) Filsafat teoretis. Cabang ini mencangkup:
1) ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini,
2) ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya,
3) ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat.
c) Filsafat praktis. Cabang ini mencakup:
1) ilmu etika. yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorang
2) ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam negara.
d) Filsafat poetika (Kesenian).
Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan. Walaupun pembagian ahli yang satu tidak sama dengan pembagian ahli-ahli lainnya, kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Dari pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.
- Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
- Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
- Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
- Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
- Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
- Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
Seperti telah dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya ialah mencari hakihat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli) atau palsu (maya).
Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam tiap-tiap pembagian sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.
4. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan ‘nation’, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Filsafat dan agama
Dalam buku Filsafat Agama karangan Dr. H. Rosjidi diuraikan tentang perbedaan filsafat dengan agama, sebab kedua kata tersebut sering dipahami secara keliru.
Filsafat
- Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
- Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami.
- C.S. Lewis membedakan ‘enjoyment’ dan ‘contemplation’, misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut ‘enjoyment’, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut ‘contemplation’, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu.
- Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
- Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya.
- Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak.
- Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya.
- Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun argumenya sendiri.
Agama
- Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.
- Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
- Agama dapat dikiaskan dengan ‘enjoyment’ atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian (dedication) atau ‘contentment’.
- Agama banyak berhubungan dengan hati.
- Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
- Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri.
- Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
- Filsafat penting dalam mempelajari agama.
Demikianlah antara lain perbedaan yang terdapat dalam filsafat dan agama menurut Dr. H. Rosjidi.
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang lmuwan mungkin penting pula bagi seorang filsuf.
Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai
alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula
FILSAFAT YUNANI KUNO
1. Anaximander
Anaximander sama seperti Thales. Dia berasal dari Miletus. Dia menyatakan apeiron sebagai logos dari alam semesta. Apeiron berarti adalah sesuatu yang tidak memiliki batasan. Mungkin kita bisa membayangkan sesuatu yang tidak memiliki kualitas sebagai tidak terbatas. Anaximander sendiri tidak menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan apa yang tidak terbatas itu.
Mungkin kita bisa membayangkan sebuah benda tanpa kualitas yang tidak terbatas dan tidak tidak terhingga. Keberadaan Apeiron ini disokong oleh beberapa argumen yaitu : 1) yang tidak terbatas itu merupakan sumber, 2) yang sumber merupakan tidak terbatas, 3) sesuatu itu bukan air atau udara karena mereka berdua berlawanan dan kalau berlawanan mereka pasti sudah menghancurkan satu sama lain, yang menjadi sumber tidak demikian.
Apeiron ini juga memiliki peran penting bagi penciptaan kosmos (jagad raya). Gerakan yang abadi sepertinya menjadi sumber dari asal mula langit. Anaximander juga mulai membentuk gambaran mengenai jagad raya. Dia menggambar model itu dengan bentuk bentuk bulat yang menggambarkan bumi, planet dan bintang-bintang. Sebuah planet berada di belakang planet yang lain. Dia membuatnya dengan berdasar pada geometri dan matematika bukan sekedar mitologi.
Dia menyatakan bahwa matahari dan bintang-bintang merupakan api yang terperangkap di sebuah udara dingin. Dia nampak ke pada kita dengan tidak secara langsung, tetapi melalui saluran seperti misalnya terompet. Anaximander berpendapat bahwa bumi berbentuk silinder. Bumi tidak memiliki penyangga. Dia menyatakan bahwa tubuh langit mengitari bumi.
Anaximander sering membuat penelitian yang berani. Dia bahkan mempertanyakan mitos bahkan dewa-dewi. Dia ingin menjelaskan fenomena alam secara rasional. Seperti contohnya dalam bidang Meteorology dia berpendapat bahwa petir tidak disebabkan oleh Zeus namun disebabkan oleh oleh Pneuma atau udara yang memadat.
2. Thales
Thales berasal dari sebuah kota bernama Miletus yang berada di wilayah Yunani. Thales sebagai seorang filsuf alam tidak lagi mengasalkan fenomena alam dengan keberadaan dewa-dewi. Pemikiran mitologis menyatakan bahwa kejadian alam adalah diakibatkan oleh kehendak dewa-dewi. Misalkan petir dari kemarahan Zeus dan badai dari kemarahan Posseidon. Dengan jenis pemikiran macam ini ilmu pengetahuan tidak pernah maju. Kejadian alam yang tidak masuk di akal dia atasi dengan usaha-usaha non-rasional.
Thales yang pertama kali mengajukan thesis bahwa segala sesuatunya berasal dari air. Thales mengatakan bahwa blok penyusun jagad raya ini terbuat dari air. Artinya pohon, batu, rumah semuanya muncul dari air.
Bagi kita yang hidup di masa sekarang mungkin hal ini aneh. Tapi coba bayangkan jagad raya pada masa Thales. Dia hidup di tengah Yunani yang dikelilingi oleh air. Benua seakan muncul begitu saja dari air. Ini juga menyangkut kosmologi Yunani pada masa itu.
Selain itu air juga selalu berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain. Air jika membeku akan menjadi es. Jika memanas akan menjadi uap. Karenanya mungkin Thales berfikiran bahwa jagad itu terbuat dari air. Tepatnya kita tidak pernah tahu, karena selain Thales telah meninggal, dia termasuk sangat kuno.
Pemikiran Thales ini mengawali pemikiran yang ilmiah. Thales menggunakan metode yang mengandalkan pola pikir mitologis untuk menjelaskan fenomena alam. Dengan demikian membuka cakrawala pemahaman baru, dimana dunia tidak hanya selesai dengan sekedar menyebut dewa-dewi semata.
3. Pythagoras
Pemikir filsuf alam lain adalah Phythagoras. Phytagoras adalah seorang filsuf yang percaya bahwa jagad raya ini diciptakan dengan bilangan-bilangan. Sekali lagi ini merupakan pemikiran yang bagi kita yang sudah terbiasa dalam pola pikir yang materialistis merupakan pemikiran membingungkan. Namun penjelasan Phytagoras ini adalah penjelasan yang menarik.
Dia menganggap bahwa alam semesta diciptakan oleh bilangan. Dia menggambarkan sebagai penciptaan sebagaimana penciptaan musik dari sebuah alat musik. Sebuah musik atau sebuah lagu diciptakan dari kumpulan nada-nada. Diciptakan dari susunan-susunan itu sehingga alam semesta ini harmonis.
Phytagoras sangat dipengaruhi oleh pemikiran mistis. Dia bahkan dikatakan mempercayai reinkarnasi dan memiliki sebuah sekte sendiri. Dia bahkan memberi gender kepada angka angka. Tapi bahkan dalam pemikiran mistisnya itu dia memberikan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan. Hingga sekarang lebih dari dua millenium namanya masih dipakai untuk menamai sebuah rumus matematika. Yaitu bilangan Phytagoras.
Pemikiran Phytagoras menandai mulainya pemikiran yang lebih abstrak dipakai. Pemikiran abstrak ini penting bagi fisika. Fisika membutuhkan pemikiran abstrak dalam bidang matematika. Bahkan hingga kini bidang fisika tidak terpisahkan dari matematika. Bahkan matematika menjadi peranan penting dalam teori-teori fisika.
Mulainya pemikiran yang semakin abstrak ini mendukung bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan fisika masuk diantaranya. Sebenarnya pengetahuan untuk menjelaskan alam semesta dengan matematika sudah ada lebih dahulu. Terutama pada bidang Astronomi. Penjelasan mengenai benda-benda langit.
Alam semesta tidak hanya bekerja atas kumpulan materi semata. Mereka juga memerlukan ukuran yang tepat untuk bisa bekerja dengan baik satu sama lain. Karena tanpa ukuran yang tepat itulah alam semesta yang kita tahu tidak akan bekerja seperti yang kita lihat sekarang ini.
PLATO ( 427 – 347 SM)
Plato dilahirkan di Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada mulanya ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, namun ia kekacauan di negaranya, setelah kematian gurunya Socrates hal itu telah memadamakan ambisinya untuk menjadi seorang politikus, kemudian ia beralih ke filsafat sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat berpengaruh pada dirinya.
Ajaran-ajaran Plato tentang Idea
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dlam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-idea.
Ethika Plato
Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan hidup ialah mencapai kesenganan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan. Yang tepat tentang nilai barang-barang yang dituju.
Etik Plato bersendi pada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi dari pada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut Plato ada dua macam budi.
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Negara Ideal
Plato hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang gilang gemilang dalam segala lapangan, pertentangan antara kaya dan miskin sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Menurut Plato nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah dasar sama sekali hidup rakyat dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu negara yang ideal.
Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepertingan umum kata Plato tidak boleh diputus oleh kemauan atau pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran. Yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian.dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin oleh idea tertinggi, yaitu idea kebaikan.kemauan untuk melaksanakan itu tergantung kepada budi. Tujuan pemerintah yang benar adalah mendidik warga warganya mempunyai budi. Plato membagi kedudukan penduduk menajdi tiga golongan yakni :
a. Golongan yang dibawah ialah golongan rakyat jelata, yang berupakan petani, pekerja, tukang dan saudagar. Kerja mereka adalah menghasilkan keperluan sehari-hari bagi ketiga-tiga golongan.
b. Golongan yang tengah ialah golongan penjaga atau “pembantu” dalam urusan negara. Terhadap keluar tugas mereka mempertahankan negara dari serangan musuh. Tugas kedalam menjamin supaya undang – undang dipatuhi rakyat.
Golongan atas ialah kelas perintah atau filosof. Mereka terpilih dari paling cakap dan yang terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan pelatihan special untuk itu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Mereka memangku jabatan tertinggi.
ARISTOTELES ( 384 – 322 SM.)
Aristoteles lahir di stageira pada semenanjung kalkidike di Trasia (Balkan) Bapaknya bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri, ia mendapat pelajaran teknik membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu pada ilmu alam, terutama ilmu biologi.
Setelah bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20 tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama terdapat di Athena.
Karya-karya Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik, Ekonomi, Retorika dan Poetika.
Ajaran – ajaran Aristoteles.
Logika
Aristoteles terkenal sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
- Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
- Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
- Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.
Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
Metafisika
Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan realitas sebenarnya.
Abstraksi
Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.
Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia (budi). Manusia itu menanggalkan yang bermacam-macam dan tidak sama, walaupun tidak di ingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai idea atau pengertian.
Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”.
Politik
Tujuan negara.
Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang hidup dalam negara.
Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup denga baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga semua baik.
Rumah Tangga.
Aristoteles mengkritik pendapat Plato, bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga Aristoteles tidak setuju dilarangnya mempunyai milik pribadi.
Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak boleh di tambah dengan sembarang cara.
Susunan negara yang paling baik.
Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”. Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.
E t i k a
Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.
Menurut Aristoteles ; manusia hanya disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Socrates
Filsafat Yunani bukanlah hasil ciptaan filosof-filosof Yunani semata-mata, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai saingan (pilihan) dari kebudayaan Yunani sebelum masa berfilsafat, karena filsafat di Yunani mula-mula dimaksudkan untuk melepaskan diri dari kekuasaan golongan-golongan agama bersahaja dengan jalan menguji ajaran-ajarannya. Apa yang dapat dibenarkan oleh akal pikiran dinamakan filsafat, dan apa yang tidak dapat diterima oleh akal pikiran dimasukkan dalam “cerita-cerita agama”. Karena itu dalam filsafat Yunani terdapat unsur-unsur agama bersahaja (agama-agama berhala), antara lain kepercayaan tentang adanya banyak zat yang membekasi alam dan yang menjadi sumber segala peristiwanya, meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan apa yang ada pada agama Yunani sendiri, karena zat yang berbilang dalam agama itu dinamakan ‘dewa-dewa’, sedang dalam filsafat disebut ‘akal benda-benda langit’, sebagaimana yang kita lihat antara ‘akal bulan’ dengan ‘akal manusia’. Menurut filsafat Yunani bukan hanya sebab yang pertama (first cause) yang mempengaruhi alam, tetapi juga ada kekuatan-kekuatan lain yang ikut serta mempengaruhinya yaitu akal-akal yang menggerakkan benda-benda langit.