SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN (SESAMA MANUSIA)

Selasa, 01 November 2011

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu lulusan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu investasi kedepan harus ditanggapi secara serius/ kita terkadang memandang pendidikan hanya menjadi masalah individual lembaga pendidikan formal yang berada di sebuahsistem pendidikan, baik itu pendidikan tingkat dasar maupun pendidikan tingkat perguruan tinggi. Tetapi dalam hal ini peran semua komponen baik itu pemerintah, orang tua, maupun masyarakat atau lembaga pendidikan itu sendiri bukan saja harus mampu merumuskan sebuah format manajemen pendidikan yang efektif dan efisien tetapi juga harus mampu memberikan iklim kondusif dalam menciptakan masyarakat belajar.
Di dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 ayat (2) disebutkan : “ Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berakar pada kebudayaab bangsa  Indonesia dan yang berdasarkan Undang-undang 1945”. Pernyataan ini  mengandung arti bahwa aspek yang terdapat dalam system pendidikan nasional akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai oleh pancasila dan UUD 1945 dan berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Tujuan Pendidikan Nasional yang dimaksud disini adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lambaga pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal yang berada dalam masyarakat dan Negara Indonesia.[1]

Pendidikan merupakan hal yang harus kita utamakan, sebagaimana yang telah ditanamkan oleh Allah S.W.T. dalam Al-Quran surat Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi :


Artinya : “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan”.[2]
Pendidikan merupakan salah satu wadah dimana anak mendapat kesempatan untuk belajar menuju perkembangan seluruh aspek kepribadiannya melalui cara yang sesuai dengan sifat-sifat anak dititik beratkan kepada motivasi belajar siswa. Belajar setiap manusia diwajibkan tanpa mengenal usia sebagaimana Islam mengajarkan kepada kita dari hadist Rasulullah S.A.W. yang berbunyi :


Artinya : “Carilah Ilmu dari sejak lahir sampai akhir hayat”.[3]
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbaga pelatihan dan peningkatan mutu pendidikan nasional, antara lain peningkatan mutu manakemen sekolah, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Namun demikan, berbagai indicator mutu pendidikaan belum menunjukan peningkatan yang berarti sebagaimana sekolah terutama di kota-kota menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukp menggembirakan namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.[4]

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang, secara intensif telah, sedang dan akan terus melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan, paling tidak sejak awal periode pembangunan nasional jangka panjang pertama. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Sistem pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik (terpusat) ternyata belum dapat mencapai hasil yang diharapkan. Untuk hal itu diharapkan setelah berlakunya Undang-undang otonomi daerah yang telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah diharapkan akan mampu menjadi program investaso jaringan perluasan akses pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Akan tetapi hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah, kesiapan infrastruktur sumber daya manusia dan yang lebih terpenting lagi adalah focus pembangunan pendidikan yang tidak berfokus pada pemberdayaan sekolah umumnya tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Kepala sekolah sebagai bagian dari kepemimpinan keberadaannya sangat dibutuhkan dalam setiap program pelaksanaan pendidikan, sebagai salah satu komponen dalam pendidikan harus saling menjalin hubungan yang harmonis antara masyarakat, orang tua serta komponen-komponen yang berada di lembaga pendidikan tersebut. Sehingga diharapkan dengan proses yang terjadi dalam sebuah sistem pendidikan yang baik dan terorganisir akan mampu memberikan output yang mempunyai kualitas yang diharapkan.
Pada dasarnya kepemimpinan adalah salah satu dari bagian hidup manusia, karena manusia diciptakan dan diturunkan ke muka bumi sebagai khalifah atau pemimpin yang mengemban tugas dan tanggung jawab, sesuai dengan firman Allah S.W.T. surat Al- An’am Ayat 125 :











Artinya : “ Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi, dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikannya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaannya, dan sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.(Al-An’am : 125)[5]

Jadi jelaslah dengan ayat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan manusia sebagai hamba sekaligus sebagai khalifah atau pemimpin yang sesuai dengan kapasitas dan legalitasnya sebagai seorang pemimpin yang mengemban tugas dan tanggung jawab. Begitu pun Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam lingkup sekolah mengemban tugas dan tanggung jawab yang akhirnya harus dipertanggung jawabkan sesuai dengan proforsionalnya.
Sebagai kepala sekolah atau yang memimpin lembaga sekaligus guru merupakan bidang prinsip pekerjaan khusus yang dilaksnakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
1.      Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism;
2.      Memiliki komitmen untuk meningkatkan  mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia;
3.      Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
4.      Memiliki tangggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
5.      Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja;
6.      Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepajang hayat;
7.      Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
8.      Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan. [6]
Manajemen Henry Fayol :
1.      Planning
2.      Organizing
3.      Staffing
4.      Directing Controling[7]
Peningkatan mutu sekolah terhadap siswa itu sangat berpengaruh dari berbagai aspek, antara lain aspek kepala sekolah, sarana dan prasarana, guru yang professional, buku pendukung dan lain sebagainya. Oleh karena itu mutu atau kualitas yang baik akan terwujud dan tercipta dimana sekolah atau lembaga tersebut dilihat dari berbagai aspek mempunyai mutu atau kualitas yang baik pula, maka akan mewujudkan dan menciptakan mutu lulusan siswa yang baik dari mutu atau kualitasnya.
Penjaminan mutu sekolah sudah diatur oleh pemerintah dalam standar Pendidikan Nasional, diantaranya :
1.      Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.
2.      Penjaminan mutu pendidikan bertujuan memenuhi atau melampaui standar Nasional Pendidikan.
3.      Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu lulusan yang dimiliki target dan kerangka waktu yang jelas.[8]

Berdasarkan hal-hal diatas, maka akan mengadakan penelitian tentang  “ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.”
B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, pada penelitian ini diambil batasan masalah sebagai berikut :
1.      Pembatasan Masalah
a.       Tentang Pelaksanaan kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
b.      Tentang usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
c.       Tentang pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap peningkatan mutu lulusan siswa di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
2.      Perumusan Masalah
a.       Bagaimana pelaksanaan kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
b.      Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
c.       Bagaimana pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap peningkatan mutu lulusan siswa di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
C.    Tujuan Penelitian
      Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
2.      Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kepala Sekolah terhadap peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.

D.    Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif, dan yang dijadikan acuan dari metode ini adalah :
1.      Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu :
a.       Variabel bebas     : Kepemimpinan Kepala Sekolah
b.      Variabel terikat : Peningkatan mutu lulusan
2.      Hipotesis Penelitian
a.       Ho : Tidak terdapat hubungan/pengaruh antara kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peningkatan mutu lulusan.
b.      Hi : Terdapat hubungan pengaruh antara  kepemimpinan Kepala Sekolah dan peningkatan mutu lulusan.
3.      Tekhnik pengumpulan Data
              Tekhnik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dengan angket, observasi, wawancara, studi kepustakaan.
4.      Tekhnik Pengumpulan dan Analisa Data
a.       Tekhnik Pengumpulan Data
     Tekhnik pengolahan data diambil dari populasi dan sampel   penelitian yang dilibatkan siswa/i kelas VII dan VIII dan dewan guru Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
b.      Tekhnik Analisis Data
     Penggunaan tekhnik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, adapun langkah-langkah yang akan dilakukan salah satunya dengan cara editing, tabulasi dan prosentase.
E.     Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini ditulis secara sistematis dalam lima bab dan dalam tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab tersendiri, penyusunan tersebut sebagai berikut :
Bab I      : Pendahuluan, berisi : Gambaran secara global tentang pembahasan pada bab-bab berikutnya. Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
      Bab II     : Landasan Teoritis, berisi : dua buah landasan teoritis. Landasan Teoritis pertama mengenai pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah yang dibagi menjadi pengertian Kepala Sekolah, syarat-syarat menjadi Kepala Sekolah, tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah. Sedangkan untuk Landasan Teoritis kedua menjelaskan mengenai pengertian mutu/kualitas, factor-faktor yang mempengaruhi mutu lulusan serta indicator yang dapat dijadikan tolak ukur mutu lulusan.
      Bab III   :  Metode Penelitian, berisi waktu dan tempat penelitian, tujuan penelitian, variable dan hipotesis penelitian, populasi dan sampel penelitian, tekhnik pengumpulan dan instrument pengolahan data, tekhnik analisis dan pengolahan data, dan prosedur pengolahan data.
      Bab IV   : Hasil Penelitian, berisi : Gambaran MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju, Deskripsi Analisis dan Interpretasi Data, dan Pembahasan Hasil Penelitian.
      Bab V     : Penutup, berisi : Kesimpulan dan Saran.


















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.      Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan Kepala Sekolah  dapat disebut juga sebagai Kepemimpinan Pendidikan yang memiliki arti atau makna tersendiri dari kepemimpinan dan  kepala sekolah , maka dari dua variabel tersebut akan dibagi menjadi dua pengertian tentang kepemimpinan dan kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya pengertian yang pertama (variabel yang pertama) tentang kepemimpinan dan kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut :
a.       G.R. Terry, Principles of Management “Kepemimpinan adalah kegiatan/tindakan dalam mempengaruhi serta menggerakan orang-orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.”
b.      Howard W. Hoyt, Aspects of Modern Public Administration, “Kepemimpinan atau leadership adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk mempengaruhi orang.”
c.       Prof. Dr. Sarwono Prawihardjo, laporan seminar Efisiensi KerjaDalam Dinas Pemerintahan : Leader adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerjasamanya dalam mencapai tujuan yang menurut pertimbangan mereka adalah perlu bermanfaat.
d.      H. N. Casson, Efisiensi Perusahaan, terjemahan Kusnadi, Kepemimpinan adalah keahlian mendapatkan bantuan dan kesungguhan orang yang sebesar-besarnya demi pegawai-pegawai.”
e.       Ordway Tead, The Art of leadership “Kepemimpinan adalah suatu seni menjuruskan, mengkoordinasikan dan menggerakan orang-orang guna mencapai tujuan yang diinginkan.”
Dari berbagai definisi kepemimpinan tersebut diatas terdapat beberapa unsur yang bersamaan yaitu :
1). Kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
2). Mengharapkan bantuan orang lain dengan sungguh-sungguh dan tertib.
3). Ada tujuan yang akan dicapai.[9]
Dari definisi tersebut belum tampak secara jelas situasi tempat berlangsungnya kepemimpinan dan harapan dari pemimpin tentang tanggung jawab personal dalam melakukan tugas. Agar situasi tempat berlangsungnya kepemimpinan dan tanggung jawab terungkapkan secara jelas dalam suatu definisi maka kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai berikut : “Kepemimpinan dapat didefinisikan segenap kegiatan usaha mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain melalui usaha kerjasama mau bekerjadengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.”
Dalam Kepemimpinan Pendidikan tanggung jawab personal diikuti dengan rasa ikhlas sehingga personal tidak merasa dipaksa dan ditekan. Oleh karena itu kepemimpinan pendidikan didefinisikan sebagai berikut : “Kepemimpinan dapat didefinisikan  segenap kegiatan usaha mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain melalui usaha kerjasama mau bekerjadengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.” Dari definisi yang telah dikemukakan jelas terlihat bahwa kepemimpinan pendidikan tidak hanya berlaku pada lembaga pendidikan formal tetapi juga pada pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Hanya kepemimpinan pendidikan dapat berlangsung secara efektif pada lembaga pendidikan formal dan nonformal. Sedangkan pada informal sasaran atau tujuan yang akan ditetapkan sulit untuk dirumuskan secara jelas karena pendidikan informal sasaran atau tujuan yang akan ditetapkan sulit untuk dirumuskan secara jelas, karena pendidikan informal meliputi keluarga dan masyarakat sehingga personal yang menjadi sasaran pun tidak jelas. Unsur-unsur kepemimpinan pendidikan yang dimaksud adalah segala kegiatan yang turut mempengaruhi berlangsungnya keefektifan kepemimpinan dalam usaha pencapaian tujuan. Setiap unsur itu saling berinteraksi yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Apabila salah satu tidak diperhatikan mengakibatkan gagalnya kepemimpinan itu. Unsur-unsur kepemimpinan pendidikan garis besarnya meliputi :
a). Unsur Internal
             Unsur Internal adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kepemimpinan yang berlangsung dalam organisasi itu sendiri. Unsur tersebut meliputi :
      -  tujuan atau sasaran organisasi;
     - perencanaan dan penyusunan program serta pengambilan  keputusan;
      -  pengorganisasian dan pendayagunaan personal;
      -  komunikasi dan human relation;
      -  controlling, evaluating dan supervise.
b). Unsur Eksternal
      Unsur Eksternal adalah kegiatan di luar organisasi yang turut mempengaruhi kelancaran dan berkembangnya suatu kepemimpinan. Pimpinan yang mengabaikan unsur ini tidak dapat menentukan kebijaksanaan pengembangan organisasi yang sejalan dengan situasi, politik, ekonomi, sosial kebudayaan (Poleksosbud). Dengan dukungan  masyarakat dan organisasi lain.[10]

Kepemimpinan dilihat dari perspektif Islam sangat luas kajiannya dalam kehidupan ini, karena pada dasarnya semua manusia yang telah terlahir dan tumbuh menjadi dewasa adalah pemimpin (khalifah) dimuka bumi ini, tetapi pemimpin dari berbagai bentuk sesuai dengan kondisi dan situasi. Akan tetapi Kepemimpinan Rasulullah SAW. Kepada umatnya tidak terbatas dari segi kepemimpinannya, karena Rasulullah SAW. Adalah pemimpin seruan alam sebagai pengemban amanat / tugas yang menjadi utusan Allah SWT. Pada berbagai aspek kehidupan baik pendidikan, pemerintahan, peperangan dan lain sebagainya terutama aspek segi peribadahan (tauhid).
Konsekwensi pemimpin dalam Islam adalah melakukan hak dan tanggung jawabnya sesuai tugas yang relevan, tetapi dari semua hak dan kewajiban dari tugas yang telah dilakukannya itu akan dipertangggung jawabkan di hadapan Allah SWT dari semua yang telah dilakukannya selama menjadi seorang pemimpin baik mikro maupun makro, sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW. :



                  Artinya : Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya, maka imam adalah pemimpin dan dia dimintai tanggung jawab atasnya, dan laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia dimintai tanggung jawab atasnya,dan istri adalah pemimpin rumah tangga, dan dia dimintai tanggung jawab atasnya, dan pembantu adalah pemimpin dari harta majikannya, dan dia dimintai tanggung jawab atasnya, dan anak pemimpin dari harta bapaknya, dan dia dimintai tanggung jawab atasnya,. Maka setiap dari kamu pemimpin, dan setia dari kamu dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. (Mutafaq alaih)[11]

Jadi jelaslah dari hadist Nabi diatas bahwa setiap perkara, perbuatan yang dilakukan di dunia ini sesuai kondisi dan situasi dapat dikatakan sebagai pemimpin, dan oleh karena itu maka dari setiap yang dipimpinnya (dikerjakannya) akan senantiasa dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Begitupun sebagai pemimpin Sekolah (Kepala Sekolah) dari setiap tugas, hak dan kewajibannya yang telah dilakukan, sudah pasti dan jelas di hadapan Allah SWT. Akan dimintai pertanggung jawabannya dari apa yang telah dikerjakannya. Oleh karena itu seyognyalah sebagai seorang pemimpin harus cermat, tepat dan relevan utamanya sesuai dengan syariat agama Islam dalam mengemban tugas yang dipikulnya supaya apa-apa yang telah dilakukannya tidak menjadi boomerang di akhirat kelak, tetapi harus menjadi suatu investasi amal kebaikan yang tertulis untuk suatu kunci masuk ke dalam surga, atas kepemimpinan yang sesuai dengan koridor ataupun yang sesuai dengan aturan syariat ajaran agama Islam.
Selanjutnya pengertian Kepala Sekolah merupakan dua gabungan kata yang dijadikan satu sehingga mempunyai makna tersendiri. Kedua kata tersebut adalah “Kepala” dan “Sekolah”. Kata Kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau suatu lembaga. Sedangkan Sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan member pelajaran[12]. Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana yang menyenangan dan perkembangan mutu professional diantara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah.

Secara sederhana Kepala Sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dengan murid yang menerima pelajaran.[13]. Kepemimpinan disini mengandung makna yang luas yaitu kemampuan untuk mengggerakan sumber daya yang terdapat pada lembaga pendidikan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dari definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kepala Sekolah merupakan seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin kependidikan yang dalam tataran operasional mempunyai tugas dalam memimpin secara organisatoris yang membina, membimbing memberikan bantuan dan dorongan kepada staf sekolah dalam usaha perbaikan pengajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2.      Syarat-syarat Menjadi Kepala Sekolah
Dalam menjalankan tugas dengan baik, seorang kKepala Sekolah harus mampu menjalankan fungsinya sebagai pemimpin organisasi pendidikan di sekolah, masing-masing persyaratan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dan semakin memahami tentang pentingnya pendidikan dan proses yang terjadi dalam lembaga pendidikan sekolah yang diharapkan akan membentuk mutu lulusan yang berkualitas.
Beberapa persyaratan tersebut, diantaranya adalah memiliki Ijazah, kemapuan mengajar, dan kepribadian yang baik serta memiliki pengalaman bekerja di sekolah yang sejenis. Syarat lainnya yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah adalah memiliki kepribadian. Segi kepribadian ini memegang peranan penting dalam kegiatan administrasi di sekolah. Seorang Kepala Sekolah yang tidak berpendirian, emosional, ceroboh, pemarah, dan berbagai sifat buruk lainnya akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan organisasi sekolah. Sebaliknya Kepala Sekolah yang memiliki sifat pengayom, penyabar, tidak ceroboh, luwes, ramah, tegas, tetapi tidak kaku membantu guru dalam menjalankan tugas-tugasnya menyebabkan suasana sekolah menjadi tertib dan harmonis sehingga mempercepat terwujudnya tujuan yang diharapkan. Hal ini juga membantu terciptanya suasana kerja yang aman, tentram dan menyenangkan.[14]

Kepemimpinan kependidikan  (kepala sekolah) banyak bentuk dan macamnya, berbeda dalam cara pelaksanaannya, menurut fungsi dan tugasnya. Kepemimpinan dalam ketentaraan, dalam perusahaan, kepemimpinan dalam pendidikan dan sebagainya. Untuk melaksanakan kepemimpinan itu perlu syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat dan sifat-sifat itu mungkin berbeda untuk bermacam kepemimpinan.
Yang melaksanakan kepemimpinan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis, yang bersendikan gotong royong, haruslah yang demokratis pula dan dijiwai semangat gotong royong. Pemimpin pendidikan dalam yang demokratis haruslah menilai diri sendiri, sampai dimana ia dapat memenuhi tugasnya, membentuk manusia yang demokratis, manusia susila, yang berani bertanggung jawab yang mempunyai daya kritis dan kreatif.
Untuk dapat mengoreksi diri sendiri, dan jika mungkin menambah dan memperbaiki yang masih kurang pada diri sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa sifat dan karakteristik kepemimpinan yang demokratis, untuk dijadikan perhatian sebagai seorang pemimpin kependidikan, diantaranya :
1.      Berketuhanan
   Demokrasi kita adalah demokrasi pancasila, dengan sila ketuhanan yang maha Esa dari sila yang pertama. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Adil, setiap manusia, setiap individu adalah sama, dengan dilengkapi bermacam-macam kesanggupan, masing-masing kelebihannya dan kekurangan-kekurangannya. Setiap individu berhak, dan pula wajib, memelihara dan mengembangkan segala daya dan kesanggupan yang telah dianugrahkannya.
Kita tidak berhak untuk manghalng-halangi perkembangan kesanggupan tadi, bahkan kita wajib membantu sebagai sesame makhluk Tuhan, lebih-lebih sebagai pemimpin, yang merupakan karunia Tuhan pula, kita telah mendapat kepercayaan yang mengandung pula kewajiban, untuk membantu sesame umat dalam perkembangannya.

2.      Rendah hati dan sederhana (Humble)
   Salah satu dasar pokok dari kepemimpinan ialah adanya sesuatu  kelebihan, karena lebih tahu, lebih terampil, lebih adil, lebih berani dan sebagainya. Maka seorang yang jadi pemimpin, janganlah kelebihan itu dijadikan suatu kebanggaan dalam arti kesombongan.Seorang pemimpin hendaknya jangan mempunyai sikap lebih dari yang lain, ia harus tetap sederhana dan bahkan harus lebih banyak belajar, bertanya dan mendengarkan daripada berbicara dan menyuruh.
   Kelebihan pengetahuannya, kesanggupan dan pengalamannya bukanlah untuk diperlihatkan dan ditonjolkan, tetapi untuk membantu orang lain (stafnya) untuk diberikan kepada yang memerlukan akan tetapi itu tidak boleh dipaksakan.
   Dengan demikian anggota-anggota, kelompok atau staf-stafnya kelompok yang dipimpinnya akan mempunyai keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri, dan akan lebih banyak berusaha mempergunakan kesanggupannya masing-masing. Pemimpin yang ditakuti bukanlah pemimpin baik, karena akan terlalu menekan keberanian, inisiatif dan kepercayaan pada pribadi anggota,kelompok (stafnya).

     A Leader is beat
   When people barely know that he exist.
   Not so good when people obey and acclaim
   Him,
   Worst when they despise him
   “Fail to honor you”
   But of a good leader, who talks little
   When his work is done, his aim full failed,
   They will all say “We did this our selves”[15]

3.      Suka menolong (helpful)
     Rendah hati seperti digambarkan diatas tidak berarti bahwa si pemimpin akan membiarkan anggota-anggota kelompoknya berkeluh kesah dalam kesukaran. Pemimpin harus siap sedia untuk memberikan bantuannya, juga tanpa diminta jka benar-benar diperlukan bantuan dan nasihatnya pimpinan, karena yang melaksanakannya tidak menyadari ketidak mampuannya atau tidak berani meminta bantuan.
      Jika bantuannya diberikan tanpa diminta, pemimpin harus memiliki kebijaksanaan sedemikian rupa, sehingga bantuannya itu tidak akan dirasakan sebagai hal yang didesakkan atau dipaksakan. Bantuan yang dipaksakan besar kemungkinan akan ditolak dan tidak dimanfaatkan.

4.      Sabar dan emosional stabil (Emotional Stable)
      Sifat-sifat ini akan memberikan rasa aman pada anggota-anggotanya, mereka tidak akan merasa ditekan, tidak akan merasa seolah-olah selalu dikejar-kejar dan mereka akan merasa bebas untuk membicarakan persoalan-persoalan diantara mereka masing-masing atau dengan pimpinannya.
      Pemimpin harus sabar dan cukup memberikan kesempatan pada angggota-anggotanya untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dan persoalan-persoalannya. Hendaknya jangan cepat kecewa dan hendak memperlihatkan kekecewaannya jika menemui kegagalan..
      Sifat tidak sabar pemimpin akan menghilangkan ketenangan bekerjanya, anggota-anggota akan merasa tertekan jiwanya akan menyebabkan ketidakbebasan dalam mengemukakan pendapatnya dan hal ini dapat mengurangi kemauan dan kemampuan bekerja.

5.      Percaya pada diri sendiri (self Confident)
      Kerjasama yang baik bedasarkan percaya mempercayai, seorang pemimpin harus menaruh kepercayaan pada anggota-anggotanya bahwa mereka akan sanggup melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik, yang dipimpinnya itu harus merasa bahwa mereka mendapat kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka.Pemimpin yang dapat memberikan rasa kepercayaan demikian pada anggota-anggotanya, hanyalah pemimpin yang mempunyai kepercayaaan sepenuhnya pada diri sendiri, yang percaya kepada kesanggupan dan kemampuan sendiri, ia tidak perlu pengawasan terhadap dirinya untuk apa yang telah diterimanya sebagai tugas.
      Dengan demikian pemimpin pun tidak merasa perlu untuk selalu mengawasi anggota-anggotanya, pemimpin yang percaya pada diri sendiri dan dapat menyatakan hal ni dalam sikap dan tingkah lakunya, akan menimbulkan pula rasa percaya diri sendiri pada anggota-anggotanya yang dipimpin. Angotantya merasa lebih dipercayai bukan dibiarkan dan akan berusaha melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan kepercayaan yang diberikan.

6.      Jujur, Adil dan Dapat dipercaya (Reliable)
     Sikap percaya pada diri sendiri, pada anggota-anggotanya dimulai dengan menaruh kepercayaan kepada pimpinannya. Dengan menaruh kepercayaan kepada pimpinannya mereka akan patuh terhadap semua tugas dan kewajiban yang dipikulkan oleh pemimpin mereka.
     Untuk menimbulkan sikap patuh demikian pada anggota-anggotanya, kita sebagai pemimpin harus patuh pada diri sendiri, selalu menepati janji tidak lekas mengubah haluan, hati-hati dalam mengambil keputusan dan teliti dalam melaksanakannya, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri.
     Hendaknya selalu dijaga agar setiap janji ditepati, tepat memegang waktu, baik didalam maupun diluar pekerjaan, dan selalu berusaha agar sikap dan tindakan tidak bertentangan dengan perkataan, dengan kata lain harus konsekwen terhadap orang lain (anggota) dan terhadap diri sendiri.

7.      Berkeahlian dalam Bidang Pekerjaannya (Professional Expert)
     Human Relation yang baik memang sangat perlu untuk melaksanakan kepemimpinan, tetapi human relation saja tidak akan cukup, karena kepemimpinan yan dilaksanakan berada dalam bidang keahlian tertentu. Helpfullnes, self confidence, reability dan sebagainya tidak mempunyai arti jika tidak didasari keahlian. Bagaimana pun besarnya kesediaan kita untuk membantu kelompok, tanpa mempunyai keahlian dibidang pekerjaan itu, tidak mungkin memberikan sesuatu bantuan. Dan bagaimanakah dapat memupuk kepercayaan pada diri sendiri jika tidak memiliki professional expertness sebagai dasar.
     Dengan keahlian propesional ini tidak hanya di maksudkan  kecakapan\keterampilan (skill) melaksanakan pekerjaan kita,tetapi juga penguasaan bermacam pengetahuan (knowledge) dan pengalaman (experience)yang berhubungan dengan itu.
     Semua karakteristik kepemimpinan yang di kemukakan di atas sebagai sarat2 yang perlu di penuhi jika kita ingin menjadi pemimpin yang baik,memberikan kenyataan bahwa kepemimpinan tidak hanya memerlukan kemampuan dan pengetahuan,tetapi lebih2 lagi memerlukan kemauan dan kesediaan,antara lain bersedia berkerja keras,mau berkorban demi kepentingan bersama,bersedia menekan perasaan,dsb.
     Kalau  kemampuan \ kesanggupan (ailyti) masih banyak tergantung dari faktor faktor luar yang mungkin tidak dapat kita kuasai seluruhnya,maka kemauan dan kesediaan (willingness) terutama tergantung dari pada  kita sendiri. Keyakinan kita ,dasar dan tujuan pendidika kita,keinsafan kita sebagai pemimpin dan sebagai pelaksana,serta kerelaan untuk mengorbankan segenap tenaga dan fikiran kita,akan dapat menimbulkan kemauan dan kesediaan yang diperlukan.Dan dengan kemauan itu dapatlah kita menambah dan meningkatkan ability kita. [16]

3.      Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Sebagai seorang atasan, Kepala Sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan, membina guru-guru serta anggota staf  yang lainnya. Dan sebagai wakil dari guru-guru ia harus mampu menterjemahkan aspirasi-aspirasi dan keinginan-keinginan guru dalam proses belajar mengajar.
Menurut Yusak Burhanuddin tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah juga sebagai supervisor yaitu :
a.       Pembinaan kurikulum sekolah
Dalam hal ini, Kepala Sekolah dalam kedudukannya sebagai supervisor pendidikan bertugas dan betanggung jawabuntuk membimbing para guru dalam menentukan bahan pelajaran yang dapat meningkatkan potensi siswa, memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar, menyelenggarakan rapat dewan guru, mengadakan kunjungan kelas dan membimbing guru-guru dalam mengadakan penilaian cara dan metode yang digunakan.
b.      Pembagian tugas kepada guru
Pembagian tugas ini dilakukan dengan cara penempatan system menyiapkan bahan-bahan pelajaran, guru kelas, guru mata pelajaran atau guru campuran antara keduanya.[17]

                  Kimball Wiles mengatakan bahwa Kepala Sekolah sebagai supervisor dilihat dari peranannya yang membantu, member support, dan mengajak serta mengikut sertakan guru-guru dalam meningkatkan profesi mengajar guru.
                  Dalam masyarakat apapun juga dan dimana pun juga biasanya jabatan kepala sekolah merupakan suatu jabatan yang dihormati dan mendapat penghargaan dari masyarakat. Kepala Sekolah biasanya dianggap sebagai orang yang berpengetahuan luas, dapat memimpin, dank arena itu sering mendapat kepercayaan dari masyarakat dan harus banyak turut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakatnya. Besar kecilnya pengaruh dalam masyarakat, dan luas tidaknya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, ditentukan pula oleh besar kecilnya sekolah jenis dan tingkatan sekolahnya tempat dimana sekolah itu berada.
                  Kecuali fungsinya dalam masyarakat, disekolah dimanapun seoarang kepala sekolah dibebani bermacam-macam kewajiban yang cukup berat dan bertanggung jawab, bukan hanya sekedar pengatur atau “Kepala tata usaha tertinggi” saja. Dari semua itu dapat dilihat fungsi/tugas  dari berbagai segi :
a.       Fungsi umum
        Kepala Sekolah sebagai seorang administrator dan supervisor, yang bertanggung jawab tentang kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolahnya serta terpeliharanya dan peningkatan mutu pendidikannya itu, harus mengutamakan kepentingan tujuan pendidikan disekolahnya diatas kepentingan-kepentingan lainnya. Kepala Sekolah harus merupakan sebagai seorang pembimbing  bagi murid, bagi guru dan pegawainya, Kepala Sekolah juga merupakan  orang yan gbertanggung jawab dalam pemeliharaan semua perlengkapan dan gedung yang diawasinya.
b.      Kepemimpinan Sekolah
        Sebagai Kepala Sekolah ia akan dilihat bukan saja sebagai manusia yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan, tetapi juga sebagai seorang fungsionaris yang bertanggung jawab terhadap penggunaan tekhnik dan prosedur-prosedur formil. Kepala Sekolah harus dapat memeliharadan mempertinggi moral murid-murid, sifat-sifatnya dan juga mendapatkan kepercayaan dari para orang tua murid. Kepala Sekolah harus dapat memilih dan mempergunakan tekhnik-tekhnik kepemimpinan yang tepat dalam berbagai situasi yang formil maupun informal dan dapat menganjurkan atau mendorong anggota-anggota stafnya untuk mengembangkan atau mempertinggi keahlian (skill) profesinya :
        1). Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah-masalah bersama-sama secara kooperatif.
        2).   Mengusahakan dan menyediakan sumber-sumber literature profesionil yang sesuai dengan kebutuhan dan minat stafnya.
        3).   Mengadakan rapat-rapat sekolah secara teratur berencana, dan mempergunakan rapat-rapat sebagai satu alat untuk mengembangkan kepemimpinan pada yang dipimpinnya.
        4).   Harus dapat memelihara kelancaran semua kegiatan-kegiatan disekolahnya dengan mengikutsertakan semua anggota stafnya secara kooperatif.[18]

c.       Kepala Sekolah  sebagai administrator
        fungsinya sebagai Kepala  Sekolah  jika ditinjau lagi, dapat dilihat dari segi-segi administrasi dan supervise, meskipun kedua segi itu sukar untuk dipisahkan. Sebagai administrator ia bertanggung jawab tentang kelancaran segala pekerjaan atau kegiatan, dan harus dapat melaksanakan semua petunjuk atau intruksi dari atas dengan penuh kebijaksanaan. Kepala Sekolah merupakan pula seorang direktur yang memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaan semua tugas-tugas dan juga kepala sekolah adalah coordinator yang menjaga keseimbangan, keselarasan dan integritas dalam semua pekerjaan-pekerjaan.
              Sebagai administrator Kepala Sekolah juga harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan secukupnya dalam bidang administrasi terutama dalam :
a).    Penyusunan rencana, baik rencana dasar (policy planning), rencana tahapan (program planning) dan rencana pelaksanaan (execution planning).
b). Penggunaan atau pemanfaatan tenaga personil sebaik-baiknya, termasuk seleksinya dan bimbingannya.
c). Penggunaan atau pemanfaatan  materiil, termasuk pengetahuan sekedarnya tentang segi-segi bahan, konstruksi, harga dari alat-alat yang dipergunakannya.
d).        Penggunaan dasar tentang tekhnik-tekhnik dan prosedur ketata-  usahaan untuk dapat mengawasi (clerical work) yang dilakukan oleh bagian tata usaha.
              Dalam pegangan Guru dan Pengawas deskripsi tugas dan syarat-syaratnya (Kepala Sekolah) yang disusun dan diterbitkan oleh departemen P&K tahun 1970 disebutkan sebagai fungsi Kepala Sekolah :
              1). Sebagai Pemimpin Sekolah.
              2). Sebagai Pengawas Tata-usaha Sekolah.
              3). Sebagai Pemimpin Rapat Guru.[19]
              Dalam ketiga funsi itu sudah tercakup fungsinya sebagai supervisor, tetapi tidak secara khusus dan tidak terperinci dikemukakannya, karena fungsi kepala sekolah  pada umumnya sekarang masih dititik beratkan kepada segi administrasi, dan dalam hal ini administrasi masih dalam arti kata yang amat sempit yang lebih melihat dari ketata-usahaan sekolah.
              Kepala Sekolah sebagai Pengawas Tata-usaha dapat diperinci sebagai berikut :
1.      Mengawasi penyelenggaraan tata-usaha sekolah;
2.      Mengawasi pembagian tugas pegawai (guru) dan pesuruh sekolah;
3.      Mengawasi pelaksanaan daftar hadir para pegawai (guru);
4.      Mengawasi dan meneliti :
a.       Pengisian legger;
b.      Pengisian raport;
c.       Penjurusan siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya;
d.      Kenaikan kelas;
e.       Kepindahan siswa;
f.       Penyimpanan surat keterangan dan surat berharga lainnya;
5.      Menandatangani semua surat-surat keluar;
6.      Mengawasi dan meneliti :
a.       Penggunaan cap sekolah (stempel);
b.      Penyimpanan cap sekolah (stempel);
7.      Menyelenggarakan secara kontinu :
a.       Kondisi para guru dan pegawai;
b.      Pengusulan kenaikan tingkat/gaji berkala para guru dan pegawai yang berhak;
c.       Pengawasan terhadap para petugas dibidang kepegawaian;
8.      Bertanggung jawab atas penyelenggaraan :
a.       Administrasi Sekolah;
b.      Administrasi keuangan;
c.       Administrasi kepegawaian sekolah;
d.      Korespondensi yang berhubungan dengan sekolah;
e.       Inventarisasi hak-milik sekolah;
f.       Arsip sekolah;
9.      Bertanggung jawab atas pelaksanaan :
a.       Pembayaran gaji dan honorarium para guru secara teratur;
b.      Segi kesejahteraan guru dan pegawai;
10.  Bertanggung jawab atas penyelenggaraan :
a.       Perawatan gedung sekolah;
b.      Kebersihan dan kesehatan sekolah (ruang, halaman, WC, saluran air, dan lain sebagainya);
11.  Bertanggung jawab atas penyelenggaraan praktikum, perawatan dan inventarisasi alat-alat praktikum;
12.  Bertanggung jawab atas penyelenggaraan perpustakaan, perawatan dan inventarisasi buku dan alat perpustakaan;
13.  Bertanggung jawab atas penyelenggaraan olah raga sekolah, perawatan dan inventarisasi alat olah raga sekolah;
Semua tugas-tugas yang dikemukakan diatas, tidak boleh dilupakan oleh kepala sekolah sebagai administrator, kecuali itu, masih banyak lagi tugas dan tanggung jawabnya kalau administrasi diartikan pula dalam arti kata yang lebih luas.
                    d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
      Sebagai Supervisor Kepala Sekolah  terutama merupakan seorang pembantu dalam perkembangan anggota stafnya dan dalam peningkatan mutunya, diantaranya :
1.      Membantu stafnya menyusun program dalam rangka pupils growth.
a.    Membantu mereka memilih program pendidikan yang sesuai  dan dibutuhkan oleh murid-muridnya pada tingkatan-tingkatan perkembangannya tertentu;
b.  Membantu mengembangkan kesanggupan mengobservasi dan kesanggupan-kesanggupan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh data-data dari murid-murid;
c.   Membantu untuk menyadari, bahwa perbedaan-perbedaan antara murid-murid merupakan hal yang wajar, dank arena itu tiap murid perlu mendapat perhatian dan perlakuan yang cukup;
d.         Membantu untuk selalu menyadari, bahwa murid belajar disebabkan adanya suatu “need” dan pelajaran yang diberikan kepadanya tidak akan diterima dengan baik jika tidak sesuai dengan “need”;
2.      Membantu stfnya mempertinggi kecakapan atau keterampilan mengajar.
a.    Dengan mengadakan kunjungan-kunjungan kelas yang tertur dan berencana;
b.   Membuat catata-catatan  tentang kunjungan-kunjungan itu yang kemudian dijadikan bahan dalam “personal conference”;
c.    Menyarankan kepada guru-guru penggunaan metode dan alat-alat mengajar yang lebih progresif dan produktif;
d.         Mengadakan rapat-rapat sekolah secara teratur yang ditujukan pada pemecahan masalah-masalah didaktik atau metodik;
e.    Mencarikan bantuan ahli ( consultant, resorce persons) untuk hal-hal yang dirasakannya kurang dikuasai;
3.      Mengadakan evaluasi secara kontinu tentang kesanggupan stafnya dan kemajua program pendidikan pada umumnya.
a.    Semua data-data mengenai kunjungan kelas dan rapat-rapat, dikumpulkan secara teratur, untuk dipergunakan kemudian sebagai data-data evaluasi;
b.   Menyusun rencana evaluasi untuk tiap masa tahun ajaran;
c.    Menambah data-data evaluasi dengan menggunakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang dapat dijalankan di sekolah, baik dari staf maupun murid-murid; 
d.         Pada waktu-waktu tertentu dan teratur, mengadakan pertemuan dengan stafnya secara perorangan atau dengan seluruh staf, untuk membicarakan bersama hasil-hasil pengumpulan data-data itu secara evaluative;
e.    Menganjurkan dan membantu “self-evaluation” pada anggota-anggota stafnya;[20]

B.     Peningkatan Mutu Lulusan
1.      Pengertian Mutu
Berbicara mengenai mutu pendidikan merupakan masalah yang sangat kompleks. Hal tersebut disebabkan pendidikan mempunyai arti yang kompleks dan dengan sendirinya sifat dan cirri-ciri yang kompleks pula. Kita menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dengan proses pendidikan sebagai suatu sistem.
Pengertian secara umum kata mutu dapat diartikan sebagai kualitas. Suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai oleh para siswa dalam proses pendidikan  yang sedang dilaksanakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia “ Mutu adalah ukuran baik buruknya suatu benda, kadar atau derajat”.
Namun Dr. Oemar Hamalik memberikan penjelasan mengenai pengertian tentang mutu itu sendiri, yaitu :
“Pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam arti, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kimia) intrinstik dan ekstrinstik. Berdasarkan criteria ekstrinstik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Berdasarkan criteria ekstrinstik pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan kenyataannya misalkan hasil tes prestasi belajar.[21]

Mengenai mutu pendidikan jiyono (1981 : 58)[22] mengemukakan bahwa mutu pendidikan diartikan sebagai gambaran sejauh mana lembaga pendidikan berhasil mengubah tingkah laku anak didik, bila dikaitkan  dengan tujuan pendidikannya tingkah laku anak didik itu meliputi aspek kognitif maupun non kognitif, baik yang mudah diukur maupun yang sukar diukur.
Sedangkan Waskito Tjiptosasminto (1981 : 46)[23] mengemukakan bahwa dalam perkataan mutu mengandung dua hal yaitu kualitas dan taraf. Kualitas adalah suatu deskripsi tentang suatu sifat, baik buruknya suatu hal. Sedangkan tarsaf yaitu kedudukan dalam suatu skala.
Dari beberapa definisi mengenai mutu pendidikan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sebuah sistem yang mempunyai banyak pengertian dimensi dan acuan. Pengertian mutu pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari sudut masukan-proses-luaran. Artinya mutu pendidikan mencakup dan bergantung pada mutu masukannya, mutu prosesnya, dan mutu keluarnya. Proses meliputi jalannya proses belajar mengajar guru dengan siswa yang mempunyai unsur-unsur diantaranya, yaitu : Tujuan pendidikan yang ingin dicapai kurikulum, fasilitas, dan media pendidikan, sistem administrasi pendidikan, evaluasi, dan faktor lainnya yang menunjang dalam proses pendidikan itu sendiri.


2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Lulusan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soedijarto (1981:34)[24] diperoleh keterangan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar dan mutu hasil belajar adalah sebagai berikut :
a.       Latar belakang sosial ekonomi yang melputi pendidikan orang tua, radio, TV, kendaraan, kamar tidur dan segala milik yang diperkirakan mempengaruhi iklim pendidikan.
b.      Lingkungan belajar di rumah, yang meliputi antara lain lama waktu belajar di rumah setiap harinya, lama waktu membaca diluar sekolah perharinya, jenis barang yang dibaca di rumah.
c.       Latar belakang kemampuan kognitif dan kemampuan kuantitif.
d.      Sikap belajar terhadap pendidikan meliputi sikap guru, sikap terhadap bidang pelajaran, dan terhadap pendidikan sekolah.
e.       Tingkat partisipasi siswa dalam belajar.
f.       Bentuk tes yang digunakan.
g.      Frekuensi tes.
h.      Cara guru berperan dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanut mengenai peningkatan mutu pendidikan Combs (1968 : 105) [25]mengemukakan bahwa meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan mengubah struktur, metode dan isi kurikulum. Cara ini menurut Combs lebih mudah dan lebih relevan bagi siswa dan lingkungan. Sedangkan Mursell (1982 : 25-25)[26] mengemukakan mengenai upaya perbaikan mutu hasil belajar yang dapat ditempuh dengan cara membina guru sebagai organisator yang baik, memperbaiki pola pengajaran yang konvensional, mencari organisasi yang lebih baik dan berusaha memecahkan problem-problem yang muncul dan berkaitan dengan proses pengajaran.
3.      Indikator Yang Dapat dijadikan Tolak Ukur Mutu Lulusan.
Tinjauan mengenai indikator mutu pendidikan tidak terlepas dari pandangan yang mengemukakan bahwa lembaga pendidikan merupakan suatu sistem, dari sistem kemasyarakatan. Karena lembaga pendidikan merupakan suatu sistem, maka akan diperoleh beberapa komponen sistem yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa indikator yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu:
a.       Hasil akhir pendidikan
b.      Hasil langsung pendidikan
c.       Proses pendidikan
d.      Instrumen input
e.       Raw input dan lingkungan.
Mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil akhir pendidikan yang menjadi ukuran biasanya tingkah laku para lulusan suatu lembaga pendidikan setelah mereka terjun kemasyarakat atau melanjutkan studi kejenjang berikutnya atau kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat dari hasil langsung pendidikan berupa pengetahuan, sikap dan keterampilannya, setelah mereka menyelesaikan suatu pendidikan. Dari proses pendidikan menentukan hasil langsung maupun hasil akhir kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena instrumen input merupakan syarat utama terjadinya proses pendidikan.
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil berdasarkan ketentuan kurikulum yang saat ini dipergunakan adalah :
a.       Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b.      Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai baik indiviu maupun klasikal.
Indra Djati Sidi dalam bukunya mengemukakan bahwa mutu pendidikan yang ingin dicapai selama ini belum memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari berbagai indikator berikut :
a.       Nilai UAN masih jauh dibawah standard yang diharapkan.
b.      Aspek non akademik, banyak kritik terhadap masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreativitas, kemandirian, dan sikap demokratis yang tidak mencerminkan tingkat kualitas yang diharapkan oleh masyarakat luas.
c.       Kemampuan guru sangat bervariasi.
d.      Kondisi lingkungan sekolah untuk menerapkan pendidikan yang bersifat non akademik juga relatif  rendah.
                  Dari beberapa indikator mengenai mutu pendidikan yang dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor pendidikan yang akan dijadikan ukuran mutu pendidikan tersebut hendaknya benar-benar berhubungan dengan hasil pendidikan, baik ditinjau secara teoritis maupun secara empiris. Rendah dan tingginya mutu pendidikan sangat tergantung kepada seluruh komponen pendidikan yang ada tidak saja menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan tetapi juga pemerintah dan peran serta masyarakat juga sangat menentukan mutu pendidikan yang ingin dicapai secara maksimal.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Metode Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan cara kerja yang berencana agar data yang dikumpulkan mencapai maksud dan tujuan dari penelitian. Untuk itu penelitian menentukan metode terlebih dahulu, karena metode merupakan cara kerja untuk mencapai tujuan yang akan memandu peneliti mengenai urutan-urutan sebagaimana penelitian ini dilakukan.
Sesuai dengan hal tersebut diatas bahwa “ Metode penelitian adalah suatu prosedur yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan”.[27]
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah alat yang digunakan untuk melaksanakan dan mencapai suatu penelitian yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan penelitian.
Atas dasar hal diatas, terlebih dahulu perlu menentukan metode penelitian, dan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif ini dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti adalah masalah yang ada pada saat sekarang atau pada subjek yang akan diteliti.
Tentang penelitian metode deskriptif  dijelaskan pula bahwa “ Metode deskriptif adalah metode yang memusatkan perhatian pada suatu maslah yang ada pada saat sekarang atau pada subjek yang akan diteliti secara aktual, data yang mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.[28]
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat lain yang menyatakan bahwa “ Metode deskriptif adalah metode yang menggunakan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.”[29]
B.  Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian yang akan dilaksanakan untuk mencapai target atau tujuan yang diharapkan sesuai dengan subjek yang diteliti kira-kira akan dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 31 Juli 2009 sampai dengan tanggal 30 september 2009.
Tempat penelitian atau yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah di MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor sesuai dengan tujuan dari pencapaian hasil yang akan diteliti.
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
2.      Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Kepala Sekolah terhadap peningkatan mutu lulusan di Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor.
D.  Variabel dan Hipotesis Penelitian
1.      Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu :
a.       Variabel bebas      : Kepemimpinan Kepala Sekolah
b.      Variabel terikat : Peningkatan mutu lulusan
2.      Hipotesis Penelitian
a.       Ho : Tidak terdapat hubungan/pengaruh antara kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peningkatan mutu lulusan.
b.      Ha            : Terdapat hubungan pengaruh antara  kepemimpinan Kepala Sekolah dan peningkatan mutu lulusan.
E.  Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi Penelitian
Penentuan populasi bagi seorang peneliti memegang peranan penting, karena populasi  merupakan suatu objek yang dijadikan sumber data, seperti yang di ungkapkan bahwa “ Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung, mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sejumlah objek yang lengkap dan jelas”.[30]
Pendapat lain mengemukakan bahwa “ Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai, tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.[31]
Berdasarkan landasan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang berjumlah 15 orang.
2.                  Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi. Hal ini sesuai dengan pengertian sampel bahwa “ Sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.
Sedangkan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Penarikan sebanyak ni sesuai dengan objek yang akan diteliti didasarkan atas pendapat ahli antara lain :
Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10% - 15 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya :
a.       Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya.
b.      Subjek luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c.       Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, yang resikonya besar tentu saja sampelnya lebih besar dan hasilnya akan lebih banyak.[32]
F.   Tekhnik Pengumpulan dan Instrumen Pengolahan Data
      1. Tekhnik Pengumpulan
                  Tekhnik mengandung arti yaitu cara yang lebih khusus dalam memecahkan masalah tertentu yang dijumpai dalam melaksanakan suatu metode tertentu. Dengan demikian yang dimaksud dengan tekhnik dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Hal ini berkaitan dengan instrumen yang akan digunakan dalam rangka memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
                  Adapun tekhnik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
a.       Angket
      Angket merupakan alat pengumpul data yang biasa digunakan dalam tekhnik komunikasi secara tidak langsung . Tekhnik ini merupaan suatu usaha pengumpulan data melalui penyebaran atau pertanyaan tertulis yang disusun dan disebar luaskan untuk mendapatkan informasi atau suatu keterangan dari responden.
      Tentang tujuan penyebaran angket, dijelaskan bahwa “Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah”.[33]
                  Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian angket dikutip dari pendapat lain yang mengemukakan “ Angket merupakan alat pengumpul data yang biasadigunakan dalam tekhnik komunkasi tidak langsung, artinya responden secara tidak langsung dihubungi melalui daftar pertanyaan tertulis yang dikirim dengan media tertentu, responden memberikan jawaban atau tanggapan tertulis seperlunya”.[34]
                  Adapun ada beberapa alasan yang menjadi dipilihnya tekhnik angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
                  1). Cukup banyak sampel yang menjadi objek penelitian.
                  2). Dengan mempergunakan angket, dapat terkumpul data secara  mudah, singkat, menghemat biaya dan waktu.
                  3). Responden memiliki banyak waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
      b.   Observasi
            Observasi merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek penelitian sebagaimana dikemukakan bahwa “Observasi yaitu suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena dan gejala-gejala psikis dengan jelas pengamatan-pengamatan dan pencatatan”.[35]
            Dari pengertian diatas, maka observasi ini dilakukan oleh penulis dengan pengamatan dan pencatatan  langsung data tentang tentang kondisi MTs. Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.


c.   Wawancara
            Tekhnik wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data langsung dari responden yang tidak dapat diungkapkan oleh tekhnik lain. Pengertian wawancara dikemukakan bahwa “ Wawancara adalah suatu proses tana jawab lisan yang merupakan alat pengumpilan informasi tentang beberapa jenis data sosial baik yang terpendam maupun yang manifest.”[36]
            Ada beberapa kelebihan  penggunaan tekhnik wawancara antara lain sebagai berikut :
        1). Bersifat fleksibel karena wawancara memungkinkan untuk pengulangan atau manifestasi pertanyaan yang kurang jelas oleh responden.
        2).   Insensitas tanggapan yang diperoleh lebih tinggi sehingga dapat menutupi kelemahan jawaban melalui angket.
        3).  Urutan pertanyaan dapat disusun sesuai dengan arah pembicaraan dengan responden.
        4). Jawaban responden dapat diperoleh secara langsung dengan spontan.
        5).   Memungkinkan mendapatkan jawaban menyeluruh untuk setiap pertanyaan yang diajukan.
d. Studi Kepustakaan
             Studi Kepustakaan adalah tekhnik untuk mendapatkan data dari berbagai buku sumber yang berkaitan dengan penelitian.
F.     Tekhnik Analisis dan Pengolahan Data
      Tekhnik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data tersebu dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.
      Penggunaan tekhnik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor, maka data yang  penulis peroleh dari angket yang disebarkan diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut  :
1.      Editing
      Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah editing yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisisan dan kejelasan penulisannya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekkan terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisisan dan kejelasan penulisannya.
2.      Tabulasi
      Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu table yang mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.
3.      Prosentase
      Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Cemplang Desa Sukamaju Kecamatan Cibungbulang Bogor. Angka prosentase diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100 %, dengan rumus statistik prosentase sebagai berikut  :
                         F
   P  =                                  X 100 %
                        N

Keterangan  :
P = Prosentase Jawaban
F = Frekuensi
N = Responden

Dalam penulisan penelitian skripsi ini, metode yang hendak digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, maka akan menggunakan dua metode, yaitu  :
      a). Penelitian Kepustakaan
      b). Penelitian Lapangan
      Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang didasarkan pada literature-literatur buku ilmiah, majalah, surat kabar, dan rujukan lain berkaitan dengan tema yang akan dibahas.
      Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian lapangan adalah suatu penelitian dengan terjun langsung ke sekolah untuk memperoleh data-data yang tepat dan akurat guna menunjang penelitian yang dilaksanakan.
      Selain menggunakan beberapa metode dalam penelitian digunakan pula tekhnik analisis data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif.


[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Rmaja Rosda Karya, 1998)h. 36
[2] Al-Quran (Depag)h. 437
[3] Hadist Nabi (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1995)h. 25
[4] Nursito,Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2002)
[5] Al-Qur’an (Depag).
[6] IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Fokusmedia, 2006)h. 6
[7] Ishak Kholili, Sistem Informasi Manajemen, TIM, BSI,2005
[8] IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Fokusmedia, 2006)h. 6
[9] U. Husna Asmara. Pengantar Kepemmpinan Pendidikan. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982)h. 19    

[10] U. Husna Asmara. Pengantar Kepemmpinan Pendidikan. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982)h. 20   
[11] Ahmad Hasyim . Mukhtarul ahaadis nabawiyyah. (Surabaya : Maktabah Muhammad bin ahmad. 1948).
[12] Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (PT. Raja Grafindo Persada,2001)h. 83
[13] Ibid, P. 83
[14] Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan. (CV. Pustaka Setaia, Bandung, 1998). H. 119.
[15] Witter Byner, They way Of Life According To Loatzu,Supervision for better school. 1960
[16] M. Rifai. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : Percetakan Penerbit Baru,1972)h. 30

[17] Ibid, h. 99
[18] M. Rifai. Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung : Percetakan Penerbit Baru,1972)h. 214
[19] Dep. P&K. Pegangan Guru dan Pengawas, DeskripsiTugas  dan Syarat-syaratnya. (Bandung : Direktori Pendidikan,1970)

[20] Dep. P&K. Pegangan Guru dan Pengawas, DeskripsiTugas  dan Syarat-syaratnya. (Bandung : Direktori Pendidikan,1970)h. 25

[21] Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Rosda Karya, Bandung, 1990)h. 33
[22] Jiyono, Mutu Pendidikan. 1981 : 58
[23] Waskito Tjiptosasminto (1981 : 46)
[24] Soedijarto , Penelitian Kualitas Hasil Belajar lewat Mutu  Lulusan. (1981 : 34)
[25] Combs (1968 : 105)
[26] Mursell (1982 : 25-25)
[27] Sudjana, Metode Statistika (Tarsito, Bandung,  1982)h. 3
[28] Winarno Surachmad, Pengantar penelitian Ilmiah Dasar, (Tarsito, Bandung, 1985)h. 20
[29] Herman Wasito, Metode Penelitian, (Rineka Cipta Jakarta, 1995) h.10
[30] Ibid p. 16
[31] Ibid p. 49
[32] Ibi p. 76
[33] Anton M. Moeliono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1991) h.70
[34] Hermawan Wasito, Metode Penelitian, (Rineka Cipta, Jakarta, 1995)h. 74
[35] Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Andi Offset, Yogyakarta, 1960)h.78
[36] Sursimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta, Jakarta, 1998)h.11