SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN (SESAMA MANUSIA)

Sabtu, 06 Juli 2013

WAWASAN KEBANGSAAN



TGL PENYERAHAN RESUME      :
NAMA                        : BADRUSSALAM MUCHTAR, S.Pd.I
UTUSAN                    : MATHLA’UL ANWAR
MATA KULIAH       : WAWASAN KEBANGSAAN
DOSEN                      : Dr. WAWAN. H. PURWANTO
JENIS TUGAS           : RESUME
TGL. MATERI           : MINGGU, 30 JUNI 2013   


Dari Mata Kuliah Wawasan Kebangsaan dapat diambil beberapa kesimpulan (Resume) diantaranya :
1.      Pemilihan umum (Pemilu) merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara kita. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan politik Negara untuk lima tahun kedepan.
2.      Pada saat ini pemilu secara nasional dilakukan dua macam yaitu pemilihan anggota legislatif (Pileg) dimana rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk di lembaga legislatif baik anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Disamping itu diselenggarakan pula Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) secara langsung oleh rakyat sesudah Pemilihan anggota legislatif dilaksanakan.
3.      Penyelenggaraan pemilu yang selama ini terkesan kaku, dengan segala kompleksitas persoalan yang mengiringinya, bagi beberapa kalangan, tentu mendatangkan kejenuhan. Intrik politik yang dibarengi kecurangan dengan menghalalkan berbagai cara, bisa memunculkan sikap apatisme pada proses pemilu itu sendiri. Dalam konteks ini, membayangkan sebuah pemilu yang bisa menghibur dan membuat semua orang menjadi senang, bukan sekadar pemilihan (election), namun menjadi sebuah pesta demokrasi yang menghibur (electainment) menjadi tantangan tersendiri bagi KPU dan seluruh pihak yang berkepentingan dengan pemilu.
4.      Pemilu itu bukan hanya intrik politik, adu strategi antar kandidat untuk menjadi pemenang. Tapi harusnya juga bisa dinikmati oleh seluruh rakyat, sebagai sebuah pesta demokrasi, sebagai hiburan. Jangan lagi ada kekerasan, yang ada adalah kegembiraan. Jika penyelenggaraan pemilu dapat terlaksana seperti apa yang dibayangkan , tingkat partisipasi masyarakat juga pasti akan tinggi.
5.      Hal ini kemudian menjadi target bagi KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana amanat dari Undang – Undang NKRI tersebut. Dengan keyakinan itu pula, KPU secara gamblang  memprediksi pada Pemilu 2014 nanti, tingkat partisipasi masyarakat diharapkan bisa mencapai minimal 75 persen. Angka peningkatan partisipasi masyarakat dapat terwujud  secara kuantitas maupun kualitas.
6.      Untuk mencapai target tersebut, KPU akan menggagas program-program yang bisa dinikmati oleh masyarakat, namun dengan biaya yang relatif murah. Salah satu program yang akan digelar oleh KPU berupa kegiatan “jalan sehat untuk pemilu sehat” yang diikuti serentak oleh KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota se-Indonesia. Ide tersebut dianggap tidak mahal, namun menyenangkan banyak orang. Dan tidak menutup kemungkinan dilaksanakan kegiatan lain, misalnya mengadakan event-event olahraga, atau apa saja. Intinya kegiatan yang bisa menggiring persepsi dan pemahaman semua orang bahwa pemilu itu sesuatu yang menghibur bagi masyarakat.
7.      KPU tentu saja tidak dapat mewujudkan gagasan menjadikan pemilu sebagai sebuah electainment itu sendirian. Semua pihak yang memiliki kepentingan dengan pemilu, harus turut memainkan perannya masing-masing dengan elegan dan cara-cara yang soft.
8.      Di lain pihak, kekuasaan pemerintahan yang ada saat ini tidak terlepas dari perjalanan politik di masa lalu. Hadirnya penguasa ataupun para oposisi tidak serta merta muncul tanpa proses politik. Mereka muncul setelah melalui proses panjang sejarah yang dilaluinya lewat political struggle (pertarungan politik), ideology diffuses (pembauran ideologi), international conspiracy (konspirasi internasional), serta aksi-aksi politik lainnya. Hingga akhirnya seperti layaknya hukum barbar, siapa yang kuat maka merekalah yang bertahan. Gambaran dan peta perpolitikan di Indonesia saat ini tidak lepas dari peran dan fungsi partai politik dan masyarakat sendiri sebagai pelaku politik.
9.      Partai politik dalam hubungannya dengan sistem sosial politik memainkan berbagai fungsi, salah satunya pada fungsi input, dimana partai politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dalam kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum atau pemilu, apabila melihat keadaan sekarang dimana partai politik telah dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang merasa bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu. Terlebih jumlah partai selama ini sangat fluktuatif dan tidak jarang membingungkan masyarakat awam.
10.  Tidak jarang banyaknya partai politik yang membingungkan masyarakat dan adanya partai tidak lagi memiliki fungsi seperti yang mereka harapkan membuat masyarakat menjadi kurang motivasi untuk berperan sebagai pemilih dalam pemilu dan cenderung menjadi golput (golongan putih) yang menolak memilih.
11.  Dalam setiap Pemilu, masalah Golongan Putih (Golput) sering menjadi wacana yang hangat dan krusial. Meski tidak terlalu signifikan, tetapi ada kecenderungan atau trend peningkatan jumlah Golput dalam setiap pemilihan. Bahkan Golput adalah jumlah terbesar di hampir setiap pemilihan di gelar.
12.  Di masa lalu (Orde Baru), aktor-aktor yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan publik sangat terbatas dan hanya berkisar di lingkaran kecil elit birokrasi dan militer. Sehingga beragam artikulasi kepentingan di luar birokrasi lebih banyak ditanggapi melalui proses klientelisme atau penyerapan (absorsi) tanpa proses pelibatan aktor extra state.
13.  Dalam posisi seperti itu, masyarakat hanya dibutuhkan apabila diundang (invited space) oleh birokrasi negara. Atau bahkan, lebih banyak dilibatkan dalam kerangka mobilisasi dibandingkan partisipasi. Setelah reformasi digulirkan pada tahun 1998, aktor-aktor yang terlibat dalam proses politik semakin plural dan semarak. Kalau di masa lalu, aktor politik yang dominan hanyalah birokrasi dan militer, maka saat ini aktor yang terlibat sangat beragam dan tersegmentasi menurut garis profesi, kelas, kelompok, kepentingan dan lain-lain.
14.  Beberapa partai politik yang secara faktual telah resmi menjadi peserta Pemilu 2014 pun sempat terguncang dengan beberapa turbulensi (hempasan) yang cukup kuat, mulai dari persoalan korupsi yang menjerat beberapa kader partai, kasus suap dan bahkan perpecahan yang terjadi dalam internal partai. Namun terlepas dari hal itu semua, partai politik harus siap dalam mengikuti Pemilu 2014 dengan segala konsekuensinya. Partai politik suka tidak suka harus menyiapkan berbagai strategi dalam rangka merebut hati masyarakat, agar masyarakat memilih partai dan caleg yang diusungnya pada Pemilu 2014.
15.  Nyaris semua partai politik di lingkungan internalnya tengah menggodok proses penyusunan formasi bakal calon legislative (bacaleg) yang akan diusung dalam Pemilu 2014 mendatang. Sejumlah kabar baik di media massa eletronik, cetak dan bahkan ICT jejaring sosial pun ikut meramaikan opini terkait proses pencalegan yang dilakukan oleh sebagian besar partai politik yang dinyatakan lulus verifikasi oleh KPU.
16.  Banyak informasi yang sampai ke ruang dengar kita yang mensinyalir berbagai unsur stratifikasi sosial berlomba-lomba untuk menjadi bacaleg pada partai politik tertentu. Sebut saja politisi yang sesungguhnya, tokoh masyarakat, pengusaha dan bahkan yang paling hangat adalah proses pencalonan kalangan artis yang telah mendaftar diri pada partai politik tertentu untuk berpartisipasi pada Pemilu 2014 mendatang.
17.  Setumpuk alasan pun dikedepankan. Sejak dari animo menciptakan perubahan, perbaikan bangsa, hingga hasrat berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan. Demikian segala dalih yang didendangkan para bacaleg ketika ditanya tetang motivasi masuk deretan daftar bacaleg pada partai politik yang diminati.
18.  Di sisi lain, yang seolah terkesan normatif, secara nyata sebenarnya masyarakat sudah mulai cerdas menyikapi Pemilu 2014. Sebuah problematika krusial antara masyarakat dan elite politik, mencuatnya krisis kepercayaan. Jika  tidak dituntaskan lebih dini dalam rentang perjalanan menuju Pemilu 2014 ini, dinilai akan mampu merusak rangkaian proses demokrasi yang teraktualisasi dalam Pemilu 2014.
19.  Krisis kepercayaan bagai cendawan tumbuh dalam sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai efek dari berbagai persoalan elite politik yang cenderung dekat dengan perilaku penyimpangan dan pembusukkan politik seperti korupsi, mark-up anggaran, suap, sampai kepada grativikasi.
20.  Etika menjadi sebuah keharusan dalam  wacana perbaikan dalam tubuh partai politik.  Partai politik sebagai wadah pendidikan politik masyarakat menyadarkan akan arti pentingnya peran masyarakat dalam sebuah demokrasi. Sejalan dengan itu perlu pendidikan etika terhadap bacaleg yang diusungnya, sehingga caleg yang dihasilkan memiliki kapabilitas, berdedikasi, integritas dan komitmen dalam mengemban amanah rakyat.
21.  Ada beberapa nilai etika bagi elit politik yang harus ditata ulang oleh partai politik.
a.        Etika Ketaqwaan
b.      Etika Kemanusiaan
c.       Etika Kebersamaan dan Kebangsaan
d.      Etika Kerakyatan
e.       Etika Keadilan